Polisi Sebut Pengungsi Singkil Capai 5.000 Orang

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Kamis, 15 Okt 2015 15:36 WIB
Keamanan perbatasan antara kedua provinsi sudah diperketat untuk mencegah pergerakan yang bisa memperkeruh suasana.
Konflik Aceh Singkil. (dok. Istimewa CNNIndonesia Free Watermark)
Jakarta, CNN Indonesia -- Polri menyebut ada sekitar 5.000 hingga 7.000 orang pengungsi yang bergerak ke Sumatera Utara pasca kerusuhan di Aceh Singkil, Aceh, Selasa (13/10).

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Anton Charliyan, Kamis (15/10) mengatakan para pengungsi itu ditampung di berbagai daerah di provinsi tetangga seperti Pakpak dan Desa Saragih.

"Mereka ada yang ditampung di pos-pos sementara, ada yang di gereja. Karena pemerintah belum memfasilitasi," ujar Anton di Markas Besar Polri, Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Anton memastikan kepolisian akan memberikan pengamanan yang memadai untuk para pengungsi. Namun, dia tidak bisa merinci berapa personel yang telah dikerahkan. "Waktu kerusuhan saja kami mengamankan, apalagi yang mengungsi, pasti kami amankan," ujarnya.

Sebaliknya menurut Anton tidak ada gerakan massa dari Sumatera Utara ke arah Aceh. Kini, keamanan perbatasan antara kedua provinsi sudah diperketat untuk mencegah pergerakan yang bisa memperkeruh suasana.

Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan anak buahnya telah melakukan penyekatan di tiga titik, yakni perbatasan dengan Tapanuli Tengah, Pakpak Barat dan Dairi. Tiga jalur itu diperkuat oleh pasukan sebanyak dua satuan setingkat pleton.

"Jangan sampai ada kegiatan dari Sumatera Utara masuk Singkil," kata Badrodin dalam konferensi pers di kediaman dinasnya, Selasa malam (13/10).


Polri juga menggerakan personel Brigade Mobil dari Kepolisian Daerah Aceh ke Kabupaten Aceh Singkil untuk menjaga kondisi tetap kondusif.

Sementara itu, keresahan masih dirasakan Ernawati (33), salah satu pengungsi. Meski anaknya meminta-minta pulang, dia tidak bisa beranjak dari tempat pengungsian.

"Saya juga bingung mau pulang ke rumah atau tidak, apalagi anak-anak perlu sekolah. Saya butuh jaminan keamanan, baru mau pulang ke rumah," kata Erna, ketika dihubungi CNN Indonesia.

Hal senada dirasakan Pendeta Gereja Huria Kristen Indonesia (HKI) Gunung Meria, Erde Brutu, yang ikut mengungsi ke wilayah Sidikalang, Tapanuli Tengah. Menurutnya, kondisi di sekitar lokasi pembakaran gereja masih mencekam sehingga dia takut keselamatannya terancam.

"Saya mengungsi sekitar pukul 02.00 malam karena takut, saat itu kondisi di sekitar lokasi sudah tenang tapi masih terasa mencekam," ujarnya.


Dia mengaku meninggalkan harta bendanya di rumah dan belum akan pulang ke rumah dalam waktu dekat. Mengenai keamanan tempat tinggalnya, dia menyerahkan semuanya kepada pihak keamanan setempat. "Saya masih trauma, saya akan bertahan di pengungsian sampai suasana kondusif," kata Erde. (bag)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER