Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir seluruh wilayah di Kalimantan saat ini terkepung asap. Asap yang muncul dari kebakaran hutan dan lahan bahkan sampai ke negara tetangga, Singapura dan Malaysia.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, berdasarkan citra satelit Himawari (Jepang), sebaran asap di Kalimantan dan dua negara tetangga itu masuk dalam kategori kepakatan sedang.
"Di Kalimantan hampir seluruh wilayah Kalimantan terkepung asap. Kondisi demikian menyebabkan jarak pandang berkurang," kata Sutopo dalam keterangan tertulis, Ahad (18/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya kondisi kemarau menyebabkan hotspot kebakaran hutan dan lahan masih sulit dimatikan. Hotspot di Sumatera dan Kalimantan saat ini masih fluktuatif jumlahnya. Wilayah yang terbakar pun meluas hingga Kalimantan Timur.
Bahkan titik panas di Kalimantan diperkirakan lebih banyak karena sensor satelit tidak mampu menembus kepekatan asap yang ada.
Sementara berdasarkan Pantauan Satelit Terra Aqua sekitar pukul 07.00 WIB, terdapat 1.085 lokasi titik panas di Sumatera. Titik panas ini antara lain ada di Jambi 108 titik, 10 titik di Kepulauan Riau, 57 titik di Riau, 871 titik di Sumatera Selatan, dan 39 titik di Lampung. Sedangkan di Kalimantan terdapat 212 titik panas yang tersebar 36 titik di Kalbar, 11 titik di Kalsel, 156 titik di Kalteng, dan 9 titik di Kaltim.
Kepekatan asap pun membuat jarak pandang penglihatan terganggu. Lokasi yang cukup parah tercatat berada di Kerinci dan Muara Taweh dengan jarak pandang 100 meter. Sementara Jambi, Tarakan, dan Sintang dilanda kepekatan asap yang membuat jarak pandang terbatasi dalam radius 500 meter.
Sebaran asap juga mempengaruhi kualitas udara yang layak dihirup oleh penduduk. Daerah Pekanbaru, misalnya, tercatat masuk kategori kualitas udara Tidak Sehat; Palembang dan Pontianak masuk kategori Sangat Tidak Sehat; sementara kualitas udara di wilayah Jambi dan Palangkaraya tergolong Berbahaya.
Sutopo mengatakan saat ini upaya pemadaman terus dilakukan. Namun luasnya wilayah yang terbakar dan titik panas yang menyebar menyebabkan pemadaman mengalami kendala.
Berdasarkan laporan yang didapat dari tim Australia, Malaysia, dan Singapura yang membantu pemadanam, api di sejumlah tempat masih berkobar cukup besar dan sulit dipadamkan. Penyebabnya adalah angin kencang dan area yang terbakar cukup luas. Kondisi itu membuat tim bantuan dari negara tetangga juga kewalahan.
"Bahkan personil Australia mengatakan baru sekali ini menemukan kebakaran hutan lahan yang begitu besar selama 30 tahun dia bekerja memadamkan api," ujar Sutopo.
Sutopo mengatakan tim gabungan saat ini berusaha mengerahkan segala daya upaya untuk mematikan kebakaran dan sebaran asap. Bahan kimia sudah digunakan untuk pemadaman dan terbukti cukup efektif digunakan sebagai alat pemadam. Namun hingga saat ini belum semua hotspot dapat dipadamkan.
(sur)