Kepala BMKG Soal Titik Api: Kami Teriak Tapi Didiamkan

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Selasa, 20 Okt 2015 15:47 WIB
Indonesia beruntung berada di daerah khatulistiwa sehingga El Nino tidak berlangsung hingga Maret seperti negara barat lainnya.
Peta sebaran titik api kebakaran hutan di Indonesia. (Dok. BNPB)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya mengeluhkan kurangnya pemahaman akan iklim dan cuaca yang sangat diperlukan untuk mencegah bencana seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Ia juga berpendapat peringatan dini soal potensi titik api yang selalu disosialisasikan BMKG kurang mendapatkan tanggapan. Padahal, kata Eka, bila semua peringatan dini tersebut ditindaklanjuti karhutla dapat dicegah.

"Bencana hanya menimpa yang tidak siap. Ketika kami sudah teriak-teriak (soal titik api), hanya didiamkan," kata Andi saat ditemui di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Selasa (20/10).
Informasi pra bencana karhutla sudah sangat memadai. Apalagi, kata Andi, dampak El Nino sudah bisa diprediksi jauh sebelum el nino terjadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banyak teknologi yang bisa digunakan. Sekarang sudah disepakati Indonesia harus meningkatkan sistem informasi peringatan dini berbasis dampak dan risiko," katanya.

Teknologi tersebut kata Andi harus dipahami dengan baik oleh masyarakat dan korporasi supaya dapat dioperasikan dengan sukses. Pencegahan bencana, kata Andi, juga harus dilakukan komunitas lokal.
Andi mengatakan Indonesia masih tergolong beruntung karena berada di daerah khatulistiwa sehingga El Nino tidak akan berlangsung hingga Maret seperti negara-negara barat lainnya.

"Indeks El Nino tahun ini memang terparah karena lebih tinggi dibandingkan tahun 1997. Namun, November ini sudah mulai musim hujan," katanya.

El Nino merupakan gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik sekitar khatulistiwa khususnya di bagian tengah dan timur (sekitar pantai Peru).
Hal ini menyebabkan adanya penyimpangan iklim. Dalam laman resmi BMKG dinyatakan, dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia umumnya hangat. Ini membuat proses penguapan mudah terjadi dan awan-awan hujan mudah terbentuk.

Saat fenomena El Nino terjadi, perairan sekitar Indonesia umumnya tak seperti biasanya karena suhunya turun. Akibatnya, terjadi perubahan pada peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia. Hal ini berdampak pada pengurangan jumlah curah hujan yang signifikan di Indonesia. (bag)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER