Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengakui tim kewalahan memadamkan kebakaran hutan dan lahan. Meski sudah dibantu tiga negara tetangga, Singapura, Malaysia dan Australia, api belum bisa dipadamkan.
Menurut Sutopo, api belum juga bisa dipadamkan karena luasnya area yang terbakar dan angin kencang.
"Bahkan personil Australia mengatakan baru sekali ini menemukan kebakaran hutan lahan yang begitu besar selama 30 tahun dia bekerja memadamkan api," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Minggu (18/10).
Tim gabungan dibawah koordinasi BNPB saat ini berusaha mengerahkan segala daya upaya untuk mematikan kebakaran dan sebaran asap. Bahan kimia sudah digunakan untuk pemadaman dan terbukti cukup efektif digunakan sebagai alat pemadam. Namun hingga saat ini belum semua hotspot dapat dipadamkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan Pantauan Satelit Terra Aqua sekitar pukul 07.00 WIB, terdapat 1.085 lokasi hotspot di Sumatera, antara lain 108 di Jambi, 10 di Kepulauan Riau, 57 di Riau, 871 di Sumatera Selatan, dan 39 di Lampung. Sedangkan di Kalimantan terdapat 212 titik yang tersebar 36 di Kalbar, 11 di Kalsel, 156 di Kalteng, dan 9 di Kaltim.
Bahkan dalam pantauan citra satelit milik Jepang, Himawari, hampir seluruh wilayah Kalimantan sudah terkepung asap. Asap juga sudah meluas hingga Singapura dan Malaysia.
Kondisi demikian menyebabkan jarak pandang berkurang," ujar Sutopo.
Kondisi paling parah di Muara Teweh, Kalimantang Tengah dan Kerinci, Jambi. Jarak pandang di dua kota ini hanya 100 meter. Sementara di Tarakan, Kalimantan Timur dan Sintang, Kalimantan Barat jarak pandang 500 meter.
Kualitas udara di beberapa daerah juga belum normal. Di Pekanbaru kualitas udaranya tidak sehat. Pelembang dan Pontianak masuk dalam ketegori tidak sehat. Sedangkan di Jambi dan Palangkaraya kualitas udaranya tergolong berbahaya.
(sur)