BPPT: Pesawat Lama Bisa Dimodifikasi untuk Operasi Hujan

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Rabu, 21 Okt 2015 09:11 WIB
Pesawat lama dapat didesain menjadi seperti baru dengan teknologi penyemprotan. Kendati demikian, perlu biaya besar untuk "menghidupkan" kembali pesawat lama.
Rekayasa hujan buatan untuk mengatasi kebakaran lahan dan hutan di Riau. (Alby Pratama/CNN Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Heru Widodo menyarankan pesawat lama dimodifikasi agar bisa digunakan untuk melakukan hujan buatan di kawasan hutan dan lahan yang terbakar.

"BPPT siap mendesain kembali pesawat lama agar efektif melakukan hujan buatan. Misalnya, pesawat CN-925 didesain konsul sehingga hujan buatan akan lebih efektif memadamkan kebakaran, terbang pun lebih nyaman," kata Heru saat konferensi pers di BPPT, Jakarta, Selasa (20/10).

Pesawat lama, kata Heru, dapat didesain menjadi seperti baru dengan teknologi penyemprotan. Kendati demikian, Heru mengatakan perlu biaya yang besar untuk "menghidupkan" kembali pesawat lama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau kondisi sekarang, dari 45 pesawat, tinggal satu. Mudah-mudahan bisa diperbaiki. Kita punya sembilan pesawat CN-925 di Halim. Bisa didesain ulang untuk Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan biaya sekitar Rp 1-2 miliar," katanya.

Ketersediaan pesawat tersebut, kata Heru, sangat penting untuk mencegah karhutla. Ia mengatakan bila pesawat untuk hujan buatan memadai, tentu pencegahan pun bisa lebih maksimal.

"Idealnya, ada tiga satuan tugas TMC, yaitu di Indonesia bagian barat, tengah, dan timur. Masing-masing satgas perlu sepuluh pesawat yang nantinya juga bisa digunakan untuk meninjau banjir," katanya.

Lembaga World Resources Institute, WRI, mencatat, ada hampir 100 ribu kebakaran hutan yang terdeteksi di Indonesia pada tahun 2015.

Jumlah ini jauh lebih banyak dibanding tahun 2006, yang merupakan pemegang rekor kebakaran selama setahun di Indonesia, tapi masih di bawah kebakaran tahun 1997-1998 yang disebut kebakaran hutan terparah yang pernah tercatat.

Menurut lembaga pemantau hutan, Global Forest Watch, kebakaran hutan yang terjadi beberapa pekan terakhir di Indonesia telah mengganggu sistem iklim global.

Kebakaran lahan gambut di Sumatera dan Kalimantan melepaskan karbondioksida yang merupakan polutan penyebab pemanasan global ke atmosfer. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER