Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Ratna Budiarti beserta para guru dan alumninya mendeklarasikan lembaga tersebut sebagai sekolah anti
bullying.
Ratna mengatakan mulai hari ini pihaknya tidak akan beri ampun terhadap siapapun yang melakukan kekerasan di lingkungan sekolah. Ia mengklaim pihaknya akan memberikan sanksi tegas.
"Kami nyatakan sungguh-sungguh dengan deklarasi dan prasasti bahwa kami tidak akan menoleransi aksi
bullying," kata Ratna di SMAN 3, Jakarta, Rabu (28/10).
Sementara itu, Kepala Bidang SMA Dinas Pedidikan Jakarta Fathurin Zen mengatakan siswa yang melakukan penganiayaan dan kekerasan terhadap siswa lain akan dipulangkan ke orang tuanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila siswa tersebut bersekolah di sekolah negeri, ia tidak diperbolehkan kembali ke sekolah.
"Kalau siswa sekolah swasta, masih boleh masuk sekolah, tetapi kalau dia pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP), maka KJP-nya akan dicabut," katanya.
Perkuat Peran Orang Tua Ketua Gerakan Anti Bully Nasional Melanie Sadono mengatakan pihaknya akan melakukan pelatihan kepada guru dan orang tua untuk menghindari aksi
bullying di sekolah.
Melanie mengatakan para siswa dapat diajarkan untuk tidak melakukan kekerasan terhadap siswa lain dari lingkungan keluarganya masing-masing. Oleh karena itu, ia menilai peran serta orang tua mutlak diperlukan.
Diana, salah satu orang tua dari siswa yang menjadi korban
bullying mengatakan
bullying bukan hanya menyebabkan siswa takut ke sekolah, melainkan juga dapat membunuh karakter si anak.
"Saya harap gerakan ini menjadi gerakan nasional dan dapat mengakhiri aksi
bullying di kalangan siswa," katanya.
Tradisi Bullying SekolahMantan Kepsek SMAN 3, Retno Listyarti mengatakan tradisi
bullying antar siswa hingga kekerasan sudah melekat di sekolah itu. Bahkan, ada tradisi pemerasan di sekolah yang dinilai sebagai sekolah favorit di Jakarta itu.
Retno menceritakan jenis pemerasan kebanyakan dilakukan oleh murid kelas XII terhadap murid kelas X. Misalnya, Retno menemukan ada siswi kelas XII yang meminta dibelikan lipstik seharga Rp 400 ribu kepada adik kelasnya.
Selain itu, ada juga pemalakan para senior dengan meminta dibelikan pulsa oleh juniornya. Belum lagi soal kekerasan finansial yang dilakukan oleh murid Kelas XII yang meminta dibayari makanan di ruang koperasi kepada murid kelas X.
Ketua OSIS SMAN 3, Muamar, mengakui bahwa ada sejarah
bullying di sekolah ini. Misalnya, adik kelas dilarang melintasi tangga atau lorong yang menjadi kelas seniornya. Selain itu, ada semacam larangan tidak tertulis di mana adik kelas tidak boleh makan di kantin.
"Sekarang kami coba kurangi itu dengan sosialiasasi bahwa
bullying itu tidak baik. Sedikit demi sedikit mulai berkurang, meski sulit menghilangkannya," kata Muamar.
Di sisi lain, AKBP Dri Hastuti dari Polres Jakarta Selatan mengatakan saat ini telah terjadi perubahan pola tawuran di kalangan pelajar.
"Dulu, tawuran biasanya rawan terjadi pada pukul 15.00 hingga 18.00 WIB. Sekarang, tengah malam pun ditemukan tawuran," katanya.
(utd)