Jakarta, CNN Indonesia -- Kriminolog Universitas Indonesia Irvan Oli'l berpandangan bahwa orang-orang yang membeli senjata dari pasar gelap biasanya hanya digunakan untuk pamer semata, alih-alih dipakai untuk tindakan teror.
"Kalau senjata yang dibeli dari pasar gelap jarang terjadi atau digunakan dalam tindak teror di Indonesia," ujar Irvan kepada CNN Indonesia, Ahad (1/11).
Irvan mengungkapkan, banyak orang yang bukan pelaku teror justru senang terlibat dalam transaksi jual beli senjata gelap. "Entah untuk pamer atau karena merasa memiliki kekuasaan tertentu," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irvan bahkan menganggap para pembeli senjata dari pasar gelap itu layaknya orang-orang yang gemar membeli barang impor tidak resmi.
"Hampir sama dengan mereka yang suka membeli barang impor tidak resmi, seperti kendaraan bermotor, baju, parfum, perangkat elektronik, dan lain sebagainya," ujar dia.
Menurut Irvan, peraturan terkait kepemilikan senjata di Indonesia sejatinya sudah cukup memadai dan jelas. Namun, ia tak menampik fakta bahwa kemampuan orang untuk merakit berbagai bentuk perangkat sekarang tidak lagi perlu melalui cara-cara formal, seperti sekolah tertentu atau menjadi tentara terlebih dahulu.
"Walau hal itu akan lebih membuat mereka yang menjadi pelaku teror akan lebih berbahaya," kata dia.
Akhir-akhir ini Jakarta dihebohkan oleh berbagai serangan teror berupa insiden penembakan dan upaya pengeboman di ruang publik, baik di kantor tertentu maupun pusat perbelanjaan.
Tadi siang sekitar pukul 10.35 WIB terjadi peristiwa penembakan oleh dua orang pengendara sepeda motor di kantor PT Go-Jek Indonesia di Jalan Kemang Selatan 8 Nomor 56, Jakarta Selatan. Insiden tersebut tidak memakan korban jiwa.
Kepala Polsek Mampang Prapatan Komisaris Priyo Utomo Teguh Santoso mengungkapkan, pihaknya menemukan satu buah proyektil sejenis rakitan di depan pintu masuk kantor yang baru beroperasi selama tiga bulan itu.
Sebelumnya, penembakan gedung Lantai 4 Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terjadi pada Kamis siang (10/9) di ruangan salah satu staf khusus menteri ESDM, Widyawan Wiraatmaja.
Namun ruangan itu sedang kosong saat kejadian. Sementara, Menteri Sudirman Said dan anggotanya tengah menggelar rapat di ruangan yang tak jauh dari tempat kejadian. Penembakan terjadi sebelum rapat.
Proyektil yang ditemukan di dalam ruangan Gedung Kementerian ESDM berdiameter 9 milimeter. Peluru ukuran ini biasa dipakai senjata jenis FN. Berbobot 8 gram berwarna keemasan, anak peluru tersebut setelah membentur sasaran ukuran panjangnya menjadi 18,02 milimeter.
Soal dugaan penggunaan senjata laras pendek jenis FN, Suharsono belum bisa memastikan. Apalagi ada dugaan penembak menggunakan senjata rakitan.
(utw)