Menristekdikti Keluhkan Kurangnya Pemanfaatan Hasil Riset

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Jumat, 06 Nov 2015 04:23 WIB
Hasil riset karya anak bangsa dinilai Menteri Nasir dapat diaplikasikan langsung ke masyarakat, terutama saat bencana kebakaran hutan dan lahan saat ini.
Menristek Dikti M Nasir menyerahkan sejumlah berkas kasus pemalsuan ijazah yang dilakukan oleh salah satu lembaga pendidikan di Jakarta Pusat, Selasa (26/5/2015). (Dok.Detikcom/Rachman Haryanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengeluhkan banyaknya hasil riset perguruan tinggi yang tidak dimanfaatkan. Dia mengatakan, banyak dari hasil riset tersebut yang menumpuk begitu saja di perpusatakaan.

Nasir berpendapat hasil riset karya anak bangsa sebenarnya bisa diaplikasikan langsung ke masyarakat, terutama di saat bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seperti sekarang.

Sayangnya, karena tidak pernah dimanfaatkan, periset tersebut tak jarang kaget ketiga hasil risetnya diminta untuk diaplikasikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Misalnya apa yang harus dilakukan bila terjadi karhutla seperti sekarang. Sebenarnya Universitas Diponegoro telah meneliti soal itu selama sepuluh tahun tetapi tidak pernah digunakan," kata Nasir saat konferensi pers di gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Kamis (5/11).

Nasir menilai pemerintah sangat memerlukan hasil riset untuk menyelesaikan masalah-masalah darurat yang kerap terjadi di Indonesia. Saat ini, peneliti di bidang gambut juga masih sangat dibutuhkan.

"Gambut itu sebenarnya bisa menjadi pupuk yang sangat baik, tetapi penelitian di bidang itu belum ada yang sampai tahap lebih lanjut. Namun gambut sangat mudah terbakar. Bagaimana mengatasi ini? Tentu harus ada penelitian lebih jauh," katanya.

Selain gambut, Nasir menilai penelitian di bidang sampah juga harus ditingkatkan lagi. Sampah, kata Nasir, menjadi masalah yang begitu "dekat" dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.

"Di Jakarta, setiap harinya ada berjuta-juta ton sampah yang terbuang begitu saja sehingga lingkungan terganggu. Akan lebih baik bila ada teknologi yang bisa memanfaatkan jutaan ton sampah tersebut," kata Nasir.

Selain itu, Nasir berpendapat, peneliti bisa mengembangkan riset dan teknologi yang memungkinkan masyarakat bisa membuka lahan tanpa harus membakar. Nasir mengatakan sering kali masyarakat miskin terpaksa harus membakar sebagai cara termurah dan termudah membakar lahan.

"Ini peluang untuk dunia riset kita. Kalau nantinya masyarakat dilarang melakukan pembakaran untuk buka lahan, bisa tidak ada teknologi yang memungkinkan mereka tidak usah membakar? Ini catatan buat kita semua," katanya (meg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER