Desakan Munas Golkar Menguat dan Dianggap Keharusan

Basuki Rahmat N | CNN Indonesia
Selasa, 10 Nov 2015 12:46 WIB
Kalangan muda Partai Golkar tak merasa bahwa konflik antara kubu Aburizal Bakrie dengan Agung Laksono untuk kepentingan anak muda yang diperjuangkan.
Aburizal Bakrie berbicara dengan Agung Laksono seusai perjanjian Islah Golkar menuju Pilkada di Jakarta, Sabtu, 10 Juli 2105. CNN Indonesia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kaum muda Partai Golkar mendesak seluruh elite dan senior Partai Golkar dari kedua kubu yang berkonflik agar segera menggelar Musyawarah Nasional (Munas) Bersama Partai Golkar paling lambat pertengahan 2016.

Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Sirajuddin Abdul Wahab menyatakan kalangan muda Partai Golkar tidak merasa bahwa konflik antara kubu Aburizal Bakrie dengan Agung Laksono untuk kepentingan anak muda yang diperjuangkan. “Konflik kepengurusan Partai Golkar hanya untuk melangengkan kekuasaan elite dan senior,” kata Sirajuddin kepada CNN Indonesia, Selasa (10/11).

Sirajuddin menegaskan, seharusnya kedua kubu yang berkonflik bercermin pada kegagalan Partai Golkar dalam pemilu 10 tahun terakhir, terutama kegagalan Golkar dalam Pemilu Legislatif 2014. “Golkar mengalami penurunan kursi di DPR dibandingkan pada Pemilu 2009, sebanyak 106 Kursi DPR. Di Pemilu 2014 Golkar memperoleh 91 Kursi DPR RI, turun 15 kursi. Sejalan dengan itu pula, lanjut dia, Partai Golkar gagal total mengusung Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie sebagai calon Presiden RI 2014-2019.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekretaris Jenderal Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) hasil kongres di Papua itu menuturkan kekalahan demi kekalahan yang dialami oleh Partai Golkar harus menjadi evaluasi kritis dan pelajaran penting bagi setiap elite dan senior Golkar. (Baca: Kader Golkar Kubu Bali Ikut Minta Penyelenggaraan Munas)

“Bahwa kepemimpinan partai lah yang menjadi faktor determinan atas gagalnya Golkar dari pemilu ke pemilu. Apalagi dengan adanya konflik yang sudah berjalan satu tahun terakhir, akan menambah catatan buruk bagi Partai Golkar,” ujarnya.

Sirajuddin mengaku sudah bisa memprediksi dampak buruk dari konflik tersebut yaitu terhambatnya konsolidasi Golkar dalam menghadapi Pilkada tahap I pada 9 Desember depan. Menurutnya tidak menutup kemungkinan Partai Golkar akan mengalami kemunduran dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi pilkada tahap II di 2017, serta pemilu legislatif dan pemilu presiden serentak di 2019.

“Kami anak muda Golkar sangat berharap adanya Munas Bersama, sebagai wujud nyata komitmen para elite dan senior Partai Golkar untuk membangun dan mengembalikan kejayaan Partai Golkar ke depan,” tuturnya. (Baca: Demi Munas Golkar, Agung Laksono Rela Jadi Waketum)

Dia menambahkan regenerasi kepemimpinan merupakan warisan yang sangat monumental yang harus ditinggalkan oleh senior-senior Partai Golkar pada generasi berikutnya. Jadi, jangan sampai Partai Golkar diestafetkan dalam kondisi terpuruk. Regenerasi adalah suatu keniscayaan atas realita politik kekinian, dan Partai Golkar harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.

“Munas bersama harus dijadikan momentum rekonsiliasi yang utuh dan menyeluruh bagi Partai Golkar,” ujar Sirajuddin. (Baca: Bukan Membaik, Golkar Masuk ke Babak Baru Berlarutnya Konflik)

Sebelumnya Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar versi Munas Ancol, Melchias Markus Mekeng, mengatakan Aburizal Bakrie tidak mau ada munas hingga 2019 mendatang. “Pernah ingin diajak bertemu untuk membicarakan munas tapi Pak Ical enggak mau, padahal Pak Agung maunya munas,” ujar Mekeng kepada CNN Indonesia.

Mekeng mengatakan hingga saat ini belum ada kesepakatan soal digelarnya munas bersama karena belum ada pertemuan antara Ical dan Agung lagi. “Bleum bertemu lagi, kami masih mencari waktu atau momen,” kata Mekeng. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER