Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani menyatakan bela sungkawa atas kematian Dionisius Giri Samudra (24) yang merupakan dokter magang di Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku.
"Saya menyatakan belasungkawa atas nama pribadi dan tentu saja atas nama pemerintah. Ini terjadi pada almarhum Andra (panggilan akrab Dionisius) dalam masa tugasnya dan ini menjadi pengalaman buruk dan pahit yang dialami kami," kata Puan saat ditemui di Kemenko PMK, Jakarta, Jumat (13/11).
Puan berharap kejadian seperti ini tidak lagi terulang. Apalagi, katanya, mahasiswa kedokteran mempunyai kewajiban untuk ditugaskan di daerah terluar Indonesia. Sementara, transportasi dan infrastruktur di Indonesia belum memadai.
"Hal-hal yang keterkaitan dengan kesejahteraan dokter harus dipikirkan kembali. Memang negara kita ini terdiri dari 17 ribu pulau yang tak memungkinkan terjangkau dengan begitu mudah," katanya.
Ia menilai transportasi laut harus diutamakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Oleh karena itu, Puan menilai perlu adanya koordinasi dengan semua kementerian dan lembaga terkait untuk berfokus pada pembangunan transportasi laut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan sampai masalah transportasi menjadi persoalan dalam penugasan dokter di daerah-daerah tertinggal," katanya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek juga menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Andra. Ia mengajak segenap masyarakat turut berdoa untuk Andra dan keluarganya.
Kementerian Kesehatan menjelaskan melalui pernyataan yang diterima CNN Indonesia bahwa Andra adalah dokter muda yang sedang melaksanakan magang dan meninggal ketika menjalankan tugas di Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku.
Pada hari Rabu (11/11), pukul 18.18 WIT, Andra meninggal di RS Bumi Cendrawasih, Kabupaten Dobo. Dokter yang mengenyam pendidikan di Universitas Hasanudin tersebut didiagnosa awal menderita penyakit yang diakibatkan oleh virus campak dengan komplikasi infeksi otak (ensefalitis).
Kepala Biro Kepegawaian Kemenkes Pattiselano Robert Johan menjelaskan bahwa pada akhir Oktober 2015 selama dua pekan, Andra sempat mendapatkan izin libur untuk pulang ke Jakarta.
Saat kembali ke Dobo pada Sabtu, 7 November 2015, Andra masih dalam kondisi demam. Namun ia tetap kembali ke Dobo karena rasa tanggung jawabnya terhadap tugas.
Setibanya di lokasi, kondisi Andra semakin menurun hingga dirawat di RS Bumi Cendrawasih. Pada Senin (10/11), Andra dipindahkan ke Intensive Care Unit (ICU) dengan penanganan intensif oleh dokter spesialis.
Perjalanan dari Kepulauan Aru ke Jakarta tidaklah mudah. Kondisi ini yang menyulitkan evakuasi Andra dari Dobo yang kondisinya saat itu terus memburuk. Tidak ada penerbangan langsung, melainkan harus ke Kabupaten Tual melalui jalur laut selama 6 hingga 10 jam sebelum melanjutkan penerbangan ke Ambon.
"Kemungkinan untuk mengevakuasi Andra sudah dipikirkan oleh pemerintah daerah, tetapi saat itu kondisi Andra tidak memungkinkan untuk perjalanan melalui jalur laut yang memakan waktu lama dengan kondisi demam yang sangat membutuhkan sarana yang memadai," demikian tertulis dalam siaran pers.
Bukan hanya itu, dikhawatirkan pula evakuasi via laut akan memperparah kondisi yang ada. Saat itu, kondisi kesadaran Andra sudah semakin menurun dan menggunakan alat pernapasan.
Evakuasi yang paling tepat ialah menggunakan pesawat terbang. Pemda setempat telah menyiapkan anggaran untuk menyewa pesawat tetapi tidak berhasil karena pesawat milik TNI tidak memungkinkan untuk terbang karena alasan teknis.
"Rencana evakuasi juga sudah diupayakan Kemenkes. Namun, transportasi kembali menjadi kendala karena pesawat yang menuju Dobo harus berangkat dari Timika. Dalam persiapan evakuasi ini, Andra telah dipanggil Yang Kuasa,"ujarnya.
(utd)