Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Daerah Metro Jaya menduga aksi penembakan ke salah satu ruangan di Gedung Direktorat Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) adalah sebuah kejahatan jalanan.
"Dugaan ini pelaku-pelaku yang ada kaitannya dengan
street crime. Belom ada kaitannya dengan pejabat yg diperiksa," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (20/11).
Iqbal menuturkan hasil laboratorium forensik menunjukkan senjata yang digunakan oleh oknum tersebut adalah senjata jenis laras panjang. Namun, senjata tersebut juga diduga tidak asli, melainkan senjata rakitan.
Lebih lanjut, dugaan senjat rakitan, kata Iqbal, terlihat dari hasil labfor yang menunjukkan alur selonsong peluru tersebut tidak beraturan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bekas tembakan juga keliatannya lemah, tidak seperti pabrikan," ujar Iqbal.
Selain itu, Iqbal juga menyampaikan motivasi penembakan tersebut hanya tindakan iseng belaka. Namun, Iqbal mengaku polisi masih melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan kasus tersebut.
"Polisi masih bekerja buat menuntaskan kasus ini. Apa ini ada kaitannya dengan orang dalam apa tidak," ujar Iqbal.
Sebelumnya, Penembakan ke kantor Kementerian ESDM terjadi Kamis (10/9) lalu. Peristiwa tersebut membuat kaca di salah satu ruangan lantai 4 gedung berlubang. Ruangan yang terkena peluru itu merupakan ruangan kerja Staf Khusus Menteri ESDM Sudirman Said.
Sementara itu, staf khusus Menteri ESDM, Muhammad Said Didu, sempat menyebutkan tembakan tersebut merupakan isyarat agar Kementerian ESDM tidak mengganggu bisnis yang selama ini dijalankan para mafia.
"Kode ini (penembakan) sangat terkait dengan banyak pihak yang berbisnis tanpa modal, berbisnis dekat kekuasaan, merasa terganggu," ujar Said di Jakarta, Jumat (10/9).
Ia menduga, para mafia merasa terganggu karena saat ini semua proses regulasi dibuat transparan. Beberapa aturan yang dianggap memberatkan para investor juga disederhanakan. "Transaksi yang terjadi bisa dimonitor semua," katanya.
(utd)