Jakarta, CNN Indonesia -- Pakar penerbangan Gerry Soejatman menyatakan permintaan Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat agar Tentara Nasional Indonesia mengkaji ulang pembelian helikopter AgustaWestland AW101 untuk
very very important person (VVIP), masuk akal.
“Menurut saya, AW101 bagus, cuma mungkin terlalu bagus. Membeli helikopter VVIP ini ibarat memilih mobil pejabat, mau Mercy atau Rolls-Royce? Dua-duanya bagus, tapi salah satu terlalu bagus,” kata Gerry kepada CNN Indonesia, Rabu (25/11).
Secara terpisah, anggota Komisi I Tubagus Hasanuddin mengatakan harga helikopter VVIP AgustaWestland AW101 yang dipilih TNI terlalu mahal, yakni US$55 juta atau setara dengan Rp752 miliar lebih. (Simak Fokus:
HELIKOPTER UNTUK PRESIDEN)
Mantan perwira tinggi TNI Angkatan Darat itu lantas menyodorkan alternatif baru, yakni Airbus Helicopter H225 Super Puma yang juga dikenal dengan sebutan Eurocopter EC225.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan Hasanuddin menyodorkan EC225 ialah karena helikopter tersebut diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia yang berbasis di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Dengan kata lain, EC225 merupakan helikopter buatan anak negeri dengan harga lebih terjangkau, yakni US$35 juta.
Lisensi EC225 memang dipegang oleh Airbus Helicopter yang bermarkas di Perancis, namun desain dan produksinya ditangani oleh PT DI.
Melihat dua helikopter tersebut, EC225 dan AW101, Gerry berkomentar singkat. “Super Puma dipakai 32 kepala negara, sedangkan AW101 cuma dipakai empat negara. Dari situ kita bisa menilai sendiri,” kata dia.
EC225 antara lain digunakan oleh Argentina, Perancis, Jepang, Oman, China, dan Vietnam untuk keperluan militer; serta Aljazair, Kanada, Malaysia, Spanyol, dan Inggris untuk keperluan sipil. Sementara AW101 untuk VVIP dioperasikan oleh Arab Saudi, Aljazair, Nigeria, dan Turkmenistan.
AW101 pernah menjadi calon helikopter operasional Presiden Amerika Serikat. “AS sudah sempat pesan, lalu harus
customization (disesuaikan) lagi karena hendak dipasangi teknologi lebih canggih. Setelah dikaji lagi total harga satu unit helikopter hasil
customization, ternyata menurut AS itu kemahalan sehingga mereka membatalkan pesanan,” ujar Gerry.
AgustaWestland AW101 merupakan helikopter pabrikan perusahan gabungan Inggris dan Italia. Helikopter yang memiliki teknologi mutakhir dengan desain interior mewah dan nyaman itu akan difungsikan sebagai kendaraan operasional pejabat tinggi negara di RI, termasuk tamu negara selevel presiden dan wakil presiden.
TNI sudah merencanakan pembelian helikopter VVIP sebelum Jokowi dilantik sebagai Presiden RI pada Oktober 2014. TNI menargetkan memiliki enam helikopter VVIP yang pengadaannya dilakukan bertahap sesuai kemampuan anggaran pemerintah RI.
Saat ini perakitan satu helikopter AgustaWestland AW101 yang dipesan TNI telah mencapai tahap akhir. Sebelum pembayaran dan pengiriman, TNI AU akan menerbangkan sejumlah pilot dan teknisi ke pabrik AgustaWestland di Italia untuk mempelajari cara kerja helikopter itu.
TNI tak hanya menggelar pengadaan helikopter VVIP, tapi juga helikopter serbu dan helikopter antikapal selam. Seluruh pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) itu masuk Rencana Strategi TNI 2015-2019.
(agk)