Walhi: Kecil Kemungkinan Cuaca Sebabkan Ikan Mati di Ancol

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Selasa, 01 Des 2015 10:33 WIB
Kepala BPLHD Jakarta menyebutkan ribuan ikan mati di Ancol akibat peralihan cuaca. Walhi membantah. Zat pencemar tertentu yang menyebabkan kematian ikan.
Ilustrasi proses pengeringan ikan. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mempertanyakan peralihan cuaca yang dijadikan sebagai alasan dibalik kematian ribuan ikan di perairan kawasan Ancol, Jakarta Utara. Walhi menilai ikan kekurangan oksigen karena tercemar oleh zat pencemar tertentu dengan kadar yang tinggi. 

"Kalau misalnya disebutkan kematian ikan-ikan itu karena peralihan cuaca, kecil kemungkinan. Saya yakin terjadi karena tercemar atau memang kekurangan oksigen akibat tingginya zat pencemar tertentu apalagi di musim hujan ini," kata Manajer Penanganan Bencana Walhi, Mukri Friatna, saat dihubungi CNN Indonesia, Selasa (1/12). 

Mukri menjelaskan musim hujan sering dijadikan momen bagi para pengusaha nakal untuk membuang limbah mereka ke sungai dan laut. Debit air yang tinggi, ujar Mukri, mudah melarutkan dan mengalirkan zat tercemar. Sehingga, perusahaan, ujarnya, bisa mengkamuflase kenakalan tersebut. 

"Dari investigasi kami selama ini di hampir seluruh sungai di Indonesia, pengusaha nakal sering membuang limbah berbahaya mereka terutama di musim hujan dan musim tanam sebagai kamuflase," katanya. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, dia juga menjelaskan terdapat sebanyak kurang lebih 600 industri di Jakarta yang tidak memiliki analisis dampak lingkungan. Oleh karena itu, terdapat kemungkinan kematian ribuan ikan disebabkan oleh pencemaran dari limbah industri. 

"Terutama ini bulan Desember di mana aktivitas produksi perusahaan pasti sedang meningkat menjelang Hari Raya Natal," kata Mukri menegaskan. 

Sebelumnya, Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, Junaedi, mengatakan ada kemungkinan ribuan ikan mati karena peralihan cuaca. Kondisi ini, ujar Junaedi, sama dengan kejadian yang terjadi pada tahun sebelumnya di kawasan Ancol. 

"Musim hujan yang baru datang menyebabkan seluruh sampah dan endapan serta kotoran di darat bergerak ke muara," ujarnya. 

Alhasil, kata Junaedi, arus yang deras dan tinggi menyebabkan turbulensi sungai. Sungaipun menjadi dangkal dan banyak kotoran. Ikan, ujarnya, menjadi kekurangan oksigen. 

Mukri mempertanyakan alasan tersebut. Sebabnya, jika memang terbukti kejadian rutin tahunan, mengapa tidak ada perbaikan atau pengawasan yang dilakukan BPLHD Jakarta untuk mencegah kasus kematian ikan kembali terulang. 

"BPLHD Jakarta harus menjelaskan jika fenomena alam tahunan semestinya ada treatment. Kalau ada lumpur akibat sampah, ya harus dikeruk. Perairan tidak mungkin tercemar jika tidak ada zat pencemar berbahaya. Unsur atau parameter indikator tercemar harus dijelaskan," kata Mukri menegaskan. 

Mukri juga meminta kepada pihak BPLHD Jakarta untuk mengarahkan para pelaku industri untuk membuang limbah ke dalam satu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terpadu. Limbah cair, katanya, bisa dibuang ke perairan selama sesuai dengan baku mutu yang ada. 

"Sayang, akibat biaya mahal, tidak sedikit perusahaan yang tidak mematuhi peraturan tersebut. Terutama menjelang natal, kuota produksi tinggi sehingga zat pencemaran meningkat," ujar Mukri. 

Sementara itu, juru bicara PT Pembangunan Jaya Ancol Rika Lestari mengatakan perusahaannya hingga hari ini masih melakukan pembersihan ikan terutama yang masih tersisa di dekat Pantai Carnaval Ancol.

Suasana pagi ini sendiri kata Rika masih kondusif. Pihaknya sejak kemarin melakukan pembersihan ikan sepanjang 24 jam. PT Pembangunan Ancol kata Rika sudah memberikan contoh air kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup. “Hasil contoh laboratorium baru keluar setelah beberapa hari,” kata Rika.


(utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER