Para Petinggi Negeri Mengenang Sosok Slamet Effendy Yusuf

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Kamis, 03 Des 2015 12:42 WIB
Slamet menjelma seorang organisatoris yang berintegritas dan konsisten menjaga ke-Indonesiaan hingga senior organisasi pergerakan yang tak terlupakan.
Pimpinan Sidang Slamet Effendy Yusuf (kiri) disaksikan Ketua PBNU Said Aqil Siroj (kanan) mengangkat palu saat sidang pembahasan Tata Tertib Muktamar NU ke-33 di Alun-alun Jombang, Jawa Timur, Minggu (2/8). (AntaraFoto/ Zabur Karuru)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Slamet Effendy Yusuf (67) meninggal dunia pada Rabu (2/12) malam sekitar pukul 23.00 Waktu Indonesia Barat (WIB) di Bandung, Jawa Barat. Beberapa tokoh menyampaikan belasungkawa sekaligus kenangan mereka kepada tokoh yang juga menjadi anggota Lembaga Pengkajian MPR tersebut. 

Bagi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Slamet Effendy merupakan sosok yang konsisten menjaga ke-Indonesiaan. Hal tersebut merupakan kualitas yang paling menonjol dari Slamet. 
Menurut Lukman, Slamet juga selalu menyertakan agama, sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan ke-Indonesiaan. Misalnya, ketika Slamet membicarakan tentang Islam, dia selalu mengkaitkan tentang ke-Indonesiaan. 

"Jadi, wawasan kebangsaan beliau selalu terlihat dalam konteks apapun isu yang dibahas," ujarnya. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lukman juga menyampaikan terimakasih dengan segala masukan Slamet saat menjabat sebagai Ketua Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI). Hal itu dilakukan Slamet dengan tujuan meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji. 

Sementara itu, di mata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj, Slamet merupakan seseorang yang memiliki integritas tinggi. 

"Pak Slamet itu senior saya. Saya kenal beliau sebagai sosok yang tegas, memiliki prinsip dan berintegritas tinggi," ujar Said, di Jakarta. 

Said menjelaskan, Slamet merupakan mentornya dalam pelatihan kepemimpinan yang digelar organisasi kemahasiswaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) saat masih menimba ilmu di Yogyakarta. 

"Pak Slamet juga yang mengajari saya berdemontrasi. Saat itu kami mendemo Menteri Agama Mukti Ali terkait UU Perkawinan, juga mendemo Menteri Penerangan Ali Murtopo dan demo menentang perjudian," kata dia.

Tak hanya itu, Slamet juga dikenal sebagai sosok yang kritis dan tidak mau menerapkan prinsip,'Asal Bapak Senang'. Sikap ini pula yang membuatnya berseberangan dengan tokoh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam Muktamar NU di Cipasung, pada 1994. 

Saat itu, Slamet mendukung Fahmi Syaifuddin dan bukan Gus Dur. Alasannya, Slamet menilai Gus Dur terlalu dikultuskan. Selain itu, Gus Dur juga dinilai terlalu keras pada Orde Baru, satu sikap yang bisa merugikan serta membahayakan NU. 

"Di masa Orde Baru, hampir NU dibubarkan kalau tak bisa bersikap luwes. Pak Slamet masuk lingkaran Orde Baru justru demi menyelamatkan NU," kata Said. 

Said juga mengenang Slamet sebagai sosok yang rendah hati dan mampu menjalin komunikasi dengan pihak mana saja dengan semangat persaudaraan. Slamet, ujar Said, tidak pernah menonjolkan diri sebagai putra seorang kiai yang cukup terkenal. 

Di mata Said, dedikasi dan pengabdian Slamet kepada NU tidak diragukan. Aktivitas Slamet mulai dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Pemuda Ansor, hingga pengurus PBNU menunjukkan kesetiaannya. 

"Andil beliau sangat banyak pada NU. Bahkan, ketika aktif di Golkar dan menjadi anggota DPR/MPR, beliau pun memperjuangkan nilai-nilai Aswaja, nilai-nilai NU," ujar Said Aqil.

Sementara itu, Menteri Sosial yang juga Ketua Umum Pucuk Pimpinan Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, merasa sangat kehilangan dengan meninggalnya Slamet, salah satu seniornya di lingkup PMII dan PBNU. 

Dia menjelaskan Slamet sudah dari lama memiliki riwayat penyakit jantung. Oleh karena itu, dia menduga Slamet meninggal karena terkena serangan jantung. 

"Pak Slamet punya penyakit jantung. Sudah cukup lama," kata Khofifah ketika dihubungi di Jakarta, Kamis.

Khofifah memiliki hubungan yang cukup dekat dengan keluarga Slamet Effendy Yusuf. Istri Slamet, Siti Aniroh, adalah Sekretaris Jenderal PP Muslimat NU, organisasi yang dipimpin Khofifah.

Sosok Slamet juga terkenang dalam benak Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Ma'ruf Amin. Dia mengatakan Slamet merupakan seorang organisatoris yang berpengalaman. 

Menurut Ma'ruf, Slamet banyak bergerak di berbagai organisasi seperti pernah menjadi Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor.

Slamet Effendy Yusuf sebelumnya juga pernah lama berkecimpung di dunia politik sebagai kader dan pengurus Partai Golkar. Dia pernah duduk di MPR periode 1988-1993 dan anggota DPR periode 1992-2009 dari Partai Golkar.

Slamet juga pernah menjabat sebagai Ketua DPP Partai Golkar dan sempat pula menjabat Ketua PBNU periode 2010-2015, Ketua MUI pada periode 2009-2014 dan Waketum MUI 2015-2020.

"Jadi pengabdian almarhum begitu besar kepada bangsa dan negara serta agama," kata Ma'ruf.

Sebelumnya, Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, PBNU, Slamet Effendy Yusuf meninggal dunia pada Rabu malam (2/12) di Bandung, di usia 67 tahun.  

Menurut keterangan salah satu ketua PBNU, Sulton Fatoni, saat dihubungi CNN Indonesia, Kamis (3/12), Slamet meninggal dunia pada pukul 23.00. 

Slamet menghembuskan nafas terakhir di Bandung saat tengah mengikuti acara lembaga pengkajian MPR.

"Jenazah akan dikirim ke rumah duka di Cibubur, Jakarta Timur," kata Sulton. Rencananya, jenazah  akan dikebumikan di kampung halamannya di Purwokerto.

Belum diketahui apa penyebab kematian pria kelahiran Purwokerto pada 12 Januari 1948 itu.  (antara)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER