Takut Disangka Atur Divestasi Saham, Maroef Laporkan Setya

Gilang Fauzi, Christie Stefanie | CNN Indonesia
Kamis, 03 Des 2015 14:52 WIB
Maroef merasa obrolan Setya keluar jalur. Eks Wakil Kepala BIN itu lantas merekam perbincangan diam-diam lewat ponsel yang digeletakkan begitu saja di meja.
Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono
Jakarta, CNN Indonesia -- Pertemuan pertama antara Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin dan Ketua DPR Setya Novanto berlanjut pada pertemuan kedua dan ketiga, seperti permintaan Setya. Namun belakangan Maroef merasa tak nyaman.

Maroef menceritakan runtutan pertemuan itu dalam kesaksiannya di hadapan Mahkamah Kehormatan Dewan DPR, Kamis (3/12). Ini kesaksian orang kedua dalam perkara dugaan pelanggaran kode etik oleh Setya Novanto. Orang pertama yang telah bersaksi kemarin ialah Menteri ESDM Sudirman Said selaku pelapor.
Pertemuan kedua, kata Maroef, bermula dari pesan singkat yang dikirim Setya sekitar beberapa pekan setelah pertemuan pertama.

Menanggapi pesan singkat Setya, Maroef membalasnya dan mengambil inisiatif untuk melepon Setya. Keduanya sepakat bertemu di ruang pertemuan Hotel Ritz-Carlton Jakarta, lantai 21.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, kata Maroef, Setya tak sendirian. Sang Ketua DPR membawa Riza Chalid, seorang pengusaha.

Pada pertemuan kedua itulah pembicaraan mulai menyinggung urusan bisnis, termasuk soal smelter dan perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia.
Namun usai pertemuan, Maroef khawatir. Ia curiga karena Setya bukannya menggandeng Komisi Energi DPR dalam membahas perpanjangan kontrak Freeport Indonesia dengan dirinya, tapi malah membawa pengusaha.

Insting Maroef membuatnya bersikap waspada. Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara itu kemudian memutuskan untuk mengambil langkah pencegahan.

“Berkaitan dengan pekerjaan saya yang dulu (intelijen), insting dan analisis saya mengatakan pembicaraan ini sudah tidak pantas,” kata Maroef.
Pada pertemuan ketiga antara dia dan Setya, 8 Juni, Maroef merekam seluruh perbincangan antara dia, Setya, dan Riza menggunakan telepon selular yang ia geletakkan begitu saja di atas meja. Ponsel itu, ujar Maroef, dalam posisi on untuk merekam. Setya tak tahu.

Menurut Maroef, obrolan Novanto dan Riza sudah keluar dari substansi kewenangan mereka. Maroef lantas melaporkan pertemuan janggal itu kepada bosnya, Presiden Komisaris PT Freeport Indonesia James R Moffett alias Jim Bob Moffett.

Setelah mendengar laporan Maroef, Moffett berkomentar singkat, “Kalau kamu mau masukkan saya ke dalam penjara, silakan kamu lakukan.”

Maroef akhirnya memutuskan untuk melapor ke Menteri ESDM Sudirman Said karena khawatir pertemuannya dengan Setya dan Riza dipelintir dan diterjemahkan sebagai sinyal untuk mengatur divestasi saham Freeport Indonesia.
Maka seluruh rangkuman pembicaraan dan transkrip pembicaraan antara dia, Setya, dan Riza, diserahkan Maroef ke Sudirman.
Kepada Maroef, Sudirman –yang mendapati nama Presiden dicatut dalam percakapan– berkata, “Ini tidak benar. Saya penanggung jawab sektor tambang. Ini tidak bisa dibiarkan.”

Ikuti terus kesaksian sang Presiden Direktur Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin, di CNNIndonesia.com.
(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER