Kapolri-Kepala BIN Tetapkan Indonesia Siaga I Ancaman Teror

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Senin, 21 Des 2015 16:02 WIB
Kondisi ini ditentukan setelah melihat adanya berbagai ancaman terorisme pada akhir tahun ini.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti dan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Sutiyoso menyatakan Indonesia berada dalam kondisi Siaga I. (AntaraFoto/ Reno Esnir)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti dan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Sutiyoso menyatakan Indonesia berada dalam kondisi Siaga I. Kondisi ini ditentukan setelah melihat adanya berbagai ancaman terorisme pada akhir tahun ini.

Badrodin mengatakan pada bulan lalu pihaknya telah mendapatkan informasi terkait rencana terorisme di Jakarta dan Jawa Tengah pada Desember ini.

Ia mengatakan informasi ini juga diperkuat oleh Australian Federal Police (AFP) dan intelijen Singapura.
"Kami lakukan langkah-langkah pencegahan dan menetapkan Siaga I. Kami ikuti dan awasi semua pergerakan dari kelompok teroris yang selama ini terdata di kami," kata Badrodin saat ditemui di Kemenko-Polhukam, Jakarta, Senin (21/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siaga I merujuk kepada tingginya tingkat ancaman sehingga memerlukan kesiapan pasukan. Dalam siaga I, ancaman nyata dapat terjadi sewaktu-waktu, bisa dari dalam atau luar negeri. Oleh karena itu, pengamanan akan melibatkan keseluruhan personel untuk mengamankan dari potensi ancaman. 

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Sutiyoso. Ia membenarkan bahwa saat ini Indonesia dalam status Siaga I karena banyaknya ancaman yang datang ke Indonesia.

"Ya (Siaga I). Semua BIN di daerah kami siagakan sepenuhnya. Kembali lagi, kuncinya kepada masyarakat. Kalau ada yang aneh dan tidak lazim, harus cepat lapor kepada kami," kata Sutiyoso.
Ia juga mengatakan Indonesia harus belajar dari pengalaman Paris yang baru saja mengalami serangan terorisme. Sutiyoso menilai pemerintah dan segala pihak yang terkait harus meningkatkan kewaspadaan.

"Mau ada serangan saat Desember, mau tidak ada, harus belajar dari pengalaman. Kami siaga penuh," katanya.
Sebelumnya, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap sembilan teroris di lima berbeda di Indonesia, di antaranya Cilacap, Tasikmalaya, Sukoharjo, Mojokerto, dan Gresik.

Mereka ditangkap dalam waktu 3 hari, yaitu pada 18, 19, dan 20 Desember lalu. Mereka diduga merencanakan aksi teror kepada masyarakat berupa peledakan bom rakitan. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER