Komisi Pertahanan DPR: Penetapan Status Siaga Satu Tepat

Abi Sarwanto | CNN Indonesia
Selasa, 22 Des 2015 09:21 WIB
Tingkat ancaman lebih terasa pada tahun ini sebagai dampak serangkaian aksi teror yang terjadi di berbagai belahan dunia.
Kepala BIN Sutiyoso (kanan) didampingi Kapolri Badroedin Haiti (kiri) saat memberikan keterangan pers seusai pertemuan tertutup di rumah dinas Kepala BIN, Jakarta, Kamis, 23 Juli 2015.(CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Supiadin Ari Saputra menilai penetapan status Siaga Satu di wilayah Indonesia sudah tepat setelah ada peningkatan potensi ancaman keamanan jelang Natal dan Tahun Baru 2016.

Menurut Supiadin, kenaikan tingkat ancaman lebih terasa pada tahun ini sebagai dampak serangkaian aksi teror yang terjadi di berbagai belahan dunia. Termasuk serangan teror di Paris yang baru lalu sehingga penetapan status Siaga Satu di Indonesia menjadi wajar.

"Saya kira ini hasil analisis dengan perkembangan kasus Paris dan yang lain. Jadi merambat ke sini, ada fakta-fakta mereka mau mengancam masuk Indonesia. Apalagi jika BIN bersama Kapolri menyatakan itu, saya kira ya  bukan suatu yang mengada-ngada," ujar Supiadin kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Purnawiran jenderal bintang dua TNI Angkatan Darat ini mengatakan, dalam penetapan status Siaga I, pasti sudah berdasarkan analisa perkembangan lingkungan strategis dan tidak hanya mengacu dengan kondisi di dalam negeri saja.

Menurut politikus Partai NasDem itu bahwa dengan penetapan Siaga Satu, pasukan akan selalu siap sedia selama 24 jam. Dengan demikian ketika terjadi peristiwa, dapat diatasi dengan cepat. Meski, belum ada jaminan aparat keamanan tidak lagi kecolongan menghadapi aksi teror.

"Kalau siaga kan mereka on call 24 jam pasukannya, tinggal kalau terjadi sesuatu bisa dengan cepat diatasi," ucap Supiadin.

Selain itu, Supiadin menuturkan titik-titik rawan potensi teror atau keamanan, masih berada di sekitar pusat kerumunan orang saat merayakan Natal dan Tahun Baru 2016. Karena menurutnya tidak mungkin pelaku teror menyerang tempat yang sepi.

Pihaknya belum melihat bahwa ada potensi serangan terhadap instalasi sumber daya ekonomi seperti kilang minyak atau pipa gas. Sebab pelaku teror masih berkutat dengan dendam ideologis.

"Saya kira teroris belum sampai ke sana ya, catatan saya. Mereka masih katakanlah dendamnya ideologis, kalau kita lihat kasus Paris mengarah kepada gedung-gedung," kata Supiadin.

Status Siaga Satu jelang pergantian tahun telah diumumkan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti dan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Sutiyoso, Senin (21/12). Badrodin mengatakan pada bulan lalu pihaknya telah mendapatkan informasi terkait rencana terorisme di Jakarta dan Jawa Tengah pada Desember ini. Ia mengatakan informasi ini juga diperkuat oleh Australian Federal Police (AFP) dan intelijen Singapura.

Siaga Satu merujuk kepada tingginya tingkat ancaman sehingga memerlukan kesiapan pasukan. Dalam Siaga Satu, ancaman nyata dapat terjadi sewaktu-waktu, bisa dari dalam atau luar negeri. Oleh karena itu, pengamanan akan melibatkan keseluruhan personel untuk mengamankan dari potensi ancaman.

Sebelumnya, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap sembilan teroris di lima berbeda di Indonesia, di antaranya Cilacap, Tasikmalaya, Sukoharjo, Mojokerto, dan Gresik. Mereka ditangkap dalam waktu 3 hari, yaitu pada 18, 19, dan 20 Desember lalu. Mereka diduga merencanakan aksi teror kepada masyarakat berupa peledakan bom rakitan.

(obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER