Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menilai ancaman aksi teror diprediksi akan menguat jika tak ada peran aktif masyarakat dalam pengamanan wilayah akhir tahun ini.
Dia menilai, jika informasi soal ancaman dibiarkan, maka teror dapat terjadi dengan mudah.
"Yang penting semua negara harus meningkatkan kewaspadaan karena biasanya suasana suka cita tahun baru membuat lalai untuk menjaga keamanan, bukan saja diantara anggota masyarakat tapi aparatnya juga," kata Nuning, sapaan Susaningtyas, kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gerakan terorisme selama ini dipandang berhasil menjalankan misinya karena tingkat apatis masyarakat dalam hal keamanan semakin tinggi.
Padahal, kata Nuning, penanganan teror tidak dapat dilakukan oleh aparat kepolisian atau intelijen semata.
"Diperlukan kekebalan sosial agar tidak mudah terpengaruh propaganda terorisme. Keberhasilan gerakan terorisme melakukan transformasi dan regenerasi sejatinya bermuara pada ketidakpedulian kita, termasuk dengan membiarkan polisi berada sendirian di garis depan pertempuran," ujarnya.
Menanggapi tingginya ancaman teror jelang akhir tahun, Indonesia diketahui telah menyepakati pertukaran intelijen dengan Australia kemarin, Senin kemarin. Kesepakatan tersebut dibuat setelah Jaksa Agung Australia George Brandis berkunjung ke Indonesia kemarin.
Selain melakukan pertukaran intelijen, Indonesia juga telah menetapkan status Siaga I untuk pengamanan jelang Natal dan tahun baru 2016. Ketetapan tersebut telah diumumkan oleh Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso dan Kapolri Jenderal Badrodin Hadiri.
(meg)