Jakarta, CNN Indonesia -- Ancaman terorisme jelang Natal dan Tahun Baru 2016 diklaim terjadi di seluruh negara. Atas dasar itu, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan berkata bahwa status Siaga I ditetapkan di Indonesia akhir tahun ini.
"Ancaman itu kelihatannya global. Jadi bukan hanya kita saja yang siaga. Jadi jangan berpikir Indonesia saja, tapi itu terjadi di mana-mana," kata Luhut di kantornya, Jakarta, Senin (21/12).
Luhut berkata, saat ini dirinya sedang mengerahkan konsentrasi penuh dalam menghadapi ancaman terorisme jelang pergantian tahun. Pertukaran intelijen pun dikatakan sudah dilakukan oleh Indonesia.
"Kami melakukan pertukaran intelijen sehingga lebih bagus. Kami meningkatkan kesiagaan untuk menghadapi kemungkinan yang tidak diinginkan. Saya sebagai Menkopolhukam sangat konsentrasi sekarang menyangkut keamanan ini," ujarnya.
Status siaga I jelang pergantian tahun telah diumumkan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti dan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Sutiyoso siang tadi. Badrodin mengatakan pada bulan lalu pihaknya telah mendapatkan informasi terkait rencana terorisme di Jakarta dan Jawa Tengah pada Desember ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan informasi ini juga diperkuat oleh Australian Federal Police (AFP) dan intelijen Singapura.
Siaga I merujuk kepada tingginya tingkat ancaman sehingga memerlukan kesiapan pasukan. Dalam siaga I, ancaman nyata dapat terjadi sewaktu-waktu, bisa dari dalam atau luar negeri. Oleh karena itu, pengamanan akan melibatkan keseluruhan personel untuk mengamankan dari potensi ancaman.
Sebelumnya, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap sembilan teroris di lima berbeda di Indonesia, di antaranya Cilacap, Tasikmalaya, Sukoharjo, Mojokerto, dan Gresik.
Mereka ditangkap dalam waktu 3 hari, yaitu pada 18, 19, dan 20 Desember lalu. Mereka diduga merencanakan aksi teror kepada masyarakat berupa peledakan bom rakitan.
(utd)