Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat mengatakan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama sudah lama bersabar dalam membenahi transportasi. Memang diakui Ahok, sapaan Gubernur, kerap marah, namun menurut Djarot, itu terjadi karena sudah di ambang batas kesabarannya.
Djarot justru menuding masyarakat yang selama ini tak sabar melihat kemacetan yang tak juga terurai di ibu kota. Apalagi transportasi umum juga belum memenuhi harapan.
"Saya sering dapat masukan yang mengatakan Pak Ahok marah karena tak sabar, tapi sebenarnya beliau sudah lama sekali bersabar, sebenarnya masyarakat pihak yang sudah tak sabar," kata Djarot, Selasa (22/12) di Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menurutnya terus berupaya untuk memperbaiki transportasi umum yang ada. Misalnya dengan meluncurkan bus pengumpan (
feeder) hasil kerja sama Kopaja dengan PT Transjakarta kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bus Kopaja yang terintegrasi dengan Transjakarta ini menurut Djarot menjadi awal perubahan total bagi bus-bus angkutan umum di Jakarta.
Harus diakui selama ini mayoritas bus kota yang beroperasi di Jakarta tidak layak. Karena itu Pemprov DKI Jakarta mengajak pengelola bus kota bersama-sama membenahi armada mereka dan bergabung dengan Transjakarta.
Dengan bergabungnya mereka ke Transjakarta, sopir tak lagi dibebani setoran karena akan digaji dua kali upah minimum provinsi. Dengan begitu, sopir tak lagi ugal-ugalan di jalan yang dapat membahayakan keselamatan.
Djarot menyentil operator bus yang belum mau bergabung dengan Transjakarta karena kondisi bus yang belum memenuhi standar. Ia menggambarkan kondisi bus-bus saat ini dengan sebutan "biadab".
"Ini adalah bagaimana membuat perubahan dari angkutan tak beradab ke angkutan yang lebih beradab. Tak beradab itu kata lainnya adalah biadab ya," kata Djarot.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta Andri Yansyah menambahkan, masyarakat sudah sangat tak sabar ingin melihat transportasi yang lebih baik di Jakarta. Maka dari itulah dia mengimbau pada operator bus agar bisa segera bergabung dengan PT Transjakarta.
Selain Kopaja, pengelola bus kota di Jakarta adalah Metromini yang sejauh ini belum bergabung dengan Transjakarta karena beberapa kendala.
Kendala itu antara lain dualisme pengelolaan serta spesifikasi bus yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan. Alih-alih bergabung, sejak beberapa hari terakhir sopir Metromini memilih mogok operasi sebagai bentuk protes ditahannya armada mereka yang dinilai reyot.
(sur)