Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berpendapat beberapa tindakan radikal yang terjadi di Indonesia sebaiknya tidak langsung dicap sebagai tindakan terorisme.
"Tindakan radikal kan hanya dilakukan segelintir orang. Kami harap kepolisian tidak langsung melakukan generalisasi bahwa semua tindakan radikal adalah ulah teroris," kata Nashir saat konferensi pers di PP Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (30/12).
Ia mengatakan pengusutan akan kasus-kasus itu harus dilakukan secara mendalam agar didapatkan fakta akurat soal dalang dari semua kejadian tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, Nashir menilai generalisasi semua tindakan radikal sebagai terorisme dapat membuat citra Indonesia sebagai negara teroris di mata internasional.
"Saya yakin Indoneaia cukup kebal menangkal ISIS. Namun, jangan sampai kasus-kasus itu digeneralisasi. Harus ada peninjauan kasus per kasus dan penanganan dengan cara deradikalisasi," ujarnya.
Sebelumnya, Kapolri Badrodin Haiti menyampaikan, dari 408 warga yang berangkat ke Suriah, 45 orang di antaranya diduga tewas dalam pertempuran membela ISIS.
Salah satunya adalah anak Imam Samudra, Umar Jundul Haq alias Uncu. Sementara 47 WNI dinyatakan telah kembali ke Indonesia.
Antara tahun 2000 hingga 2015, Polri mencatat jumlah WNI yang diduga teroris sebanyak 1.064 orang. Adapun sepanjang 2015, terdapat 74 orang diduga teroris. Angka ini turun dari tahun sebelumnya yang berjumlah 90 orang.
(obs)