Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Adi Suryadi Culla menilai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo memiliki wibawa untuk mempersatukan Partai Golkar.
"Tokoh seperti Syahrul justru dibutuhkan oleh Golkar, karena partai ini butuh perubahan, dan Syahrul memiliki kewibawaan untuk mempersatukan Partai Golkar," kata Adi yang dihubungi melalui telepon selulernya, kemarin.
Ia mengatakan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) sudah terlibat konflik yang cukup rumit terutama pembelahan yang terjadi antara kubu Abu Rizal Bakrie dan Agung Laksono. Ia menilai upaya untuk mempersatukan kedua kubu ini akan sangat sulit, karena tidak ada pihak yang mau mengalah.
Sementara, lanjut dia, pengurus dan kader Golkar terlanjur terperangkap dalam dualisme kepemimpinan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Golkar butuh figur yang tidak menjadi bagian dari konflik itu, figur yang dapat menjadi pemersatu. Golkar butuh figur lokal, dan Syahrul adalah salah satu figur lokal yang memiliki kemampuan memimpin Golkar," jelasnya.
Adi menilai Syahrul tidak hanya mampu sebagai seorang birokrat, tetapi juga mampu memimpin dari sisi organisasi politik.
Kemampuan Syahrul sebagai seorang pemimpin dan pemersatu,kata dia, dapat terlihat jelas dalam kepemimpinan Syahrul di Golkar Sulsel.
"Sepanjang kepemimpinan Syahrul, Golkar di Sulsel tetap solid meski ada konflik di tingkat pusat. Hanya saja karena ada kebijakan yang mengharuskan calon yang akan maju di Pilkada memperoleh tanda tangan dari dua pihak, ini jadi masalah. Kalau tidak ada kebijakan itu, Golkar Sulsel solid," paparnya.
Apa lagi, kata dia, Syahrul merupakan kader Golkar tulen yang meniti karier dari bawah, sehinggga sangat mengenal Golkar.
Kemampuan Syahrul dalam memimpin di tingkat nasional pun, lanjutnya, sudah terlihat dari terpilihnya Syahrul sebagai Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) selama dua periode.
"Di tingkat DPP hampir semua pihak telah terlibat konflik, Golkar butuh figur yang jadi penengah, dan saya menilai Syahrul adalah sosok yang paling tepat untuk itu," ujarnya.
(antara)