Jakarta, CNN Indonesia -- Konflik internal berkepanjangan di tubuh Partai Golkar dianggap tak lepas dari dua figur sentral di kepemimpinan partai berlambang pohon beringin itu, yaitu Aburizal Bakrie (Ical) dan Agung Laksono. Jika nanti digelar musyawarah nasional dengan agenda utama pemilihan ketua umum baru, Ical dan Agung Laksono diminta untuk tidak mencalonkan diri sebagai ketum.
“Dua orang itu (Ical dan Agung) harus berbesar hati untuk tidak menjadi ketua umum. Tidak perlu mencalonkan diri di Munas, jangan mabuk kekuasaan,” kata politikus Partai Golkar Nudirman Munir kepada CNN Indonesia.com, Senin (4/1).
Bekas anggota Komisi Hukum DPR ini mengingatkan bila ada mabuk kekuasaan maka dipastikan bakal membawa Golkar pada kehancuran. “Golkar akan nol,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nudirman menyatakan kepemimpinan Golkar harus diserahkan kepada generasi muda, seperti partai politik lain yang juga saat ini cenderung memberi kesempatan kepada kaum muda. “Ini untuk awal kebangkitan Partai Golkar dari jurang kehancuran,” kata Ketua DPP bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia Partai Golkar versi Munas Ancol ini.
Serupa dengan Nudirman, politikus Golkar lainnya yaitu Ace Hasan Syadzily juga mengharapkan agar kepemimpanan Partai Golkar dipegang oleh kalangan muda.
Pada prinsipnya, kata Ace, Munas yang dilaksanakan harus memberikan kesempatan bagi siapa pun untuk maju sebagai calon ketua umum DPP Partai Golkar. “Namun alangkah lebih baik jika proses regenerasi di tubuh Partai Golkar dapat terwujud,” tutur Ace kepada CNN Indonesia.com, Senin (4/1).
Sebelumnya Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar hasil Munas Riau, Akbar Tanjung setuju dengan dorongan Poros Muda Golkar agar Golkar segera menggelar Munas. Menurut Akbar, dengan diselenggarakannya Munas, maka langlah rekonsiliasi partai dapat terwujud. Akbar mengatakan langkah Munas sudah sesuai dengan keinginan dari politikus senior Partai Golkar.
(obs)