Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi Pertahanan DPR Dimyati Natakusumah mengatakan, pemerintah harus tetap mengedepankan cara persuasif untuk menangani persoalan konflik di Papua. Termasuk penolakan pemimpin Gerakan Pembebasan Papua Benny Wenda terhadap pendekatan yang dilakukan Badan Intelijen Negara.
Pendekatan represif boleh dilakukan setelah pendekatan halus gagal.
"Kalau misalnya cara lunak, persuasif tidak bisa, ya terpaksa harus dengan cara keras. Karena eksistensi NKRI harus dipertahankan dari Sabang sampai Merauke," kata Dimyati di Kantor Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, Senin (4/1).
Menurut Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan ini, persoalan Papua harus diberi perhatian lebih. Pasalnya, Dimyati mengungkapkan, beberapa bendera Papua merdeka telah berkibar di negara wilayah Melanesia, seperti Fiji dan Papua Nugini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karenanya, Dimyati berharap agar BIN dapat menjaga keutuhan negara Indonesia melalui pencegahan. Hal ini dimaksudkan agar tak ada upaya melakukan pemisahan diri dari Indonesia oleh kelompok manapun.
Selain itu, Dimyati mengusulkan agar ke depan nama Papua tidak digunakan lagi dan diganti dengan Cendrawasih. Sebab, dia melihat akan ada kecemburuan sosial ketika nama Papua tetap digunakan, sementara Papua Nugini sebagai negara tetangga sudah merdeka.
"Saya sih berharap ke depan, Papua ini segera dimekarkan dan berubah namanya menjadi Cendrawasih. Papua Barat berubah menjadi Cendrawasih Barat," ucap Dimyati.
Sebelumnya, Benny Wenda, pemimpin Gerakan Pembebasan Papua yang dituding Kapolri menjadi dalang penyerangan Polsek Sinak, menolak bekerja sama dengan BIN yang berencana melakukan “pendekatan lunak” terhadapnya. Pendekatan serupa berhasil dilakukan Kepala BIN Sutiyoso terhadap pemimpin kelompokl bersenjata di Aceh, Din Minimi.
Tak cuma menolak, Benny juga mengkritik pernyataan Sutiyoso yang menyebut jika dia menolak bekerja sama, BIN akan menyiapkan pendekatan lain. Pendekatan lain tersebut masih dirahasiakan. Benny menganggap ucapan itu sebagai ancaman.
“Saya tahu bahwa ancaman ini dimaksudkan untuk menakut-nakuti saya, tetapi saya menolak untuk diintimidasi oleh pihak berwenang Indonesia yang menempati negara saya, membunuh warga, dan kemudian mencoba memaksa saya untuk bekerja sama dengan skema mereka,” ujar Benny dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com.
(sur/sur)