Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan gas alam yang beroperasi di Lhokseumawe, Aceh Utara, PT Perta Arun Gas, bekerja sama dengan Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pertahanan menggelar program bela negara.
Direktur Utama PT Perta Arun Gas, Teuku Haidar, mengatakan perusahaannya mengambil langkah tersebut untuk mendukung program pemerintahan Jokowi.
Haidar berharap pelatihan bela negara yang akan berlangsung 18 hingga 22 Januari tersebut dapat memberikan efek gentar terhadap kelompok-kelompok yang selama ini mengganggu kinerja perusahaannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Agenda ini sebenarnya juga menguntungkan untuk kami," ujar Haidar di Kantor Badiklat Kemhan, Jakarta, Rabu (6/1).
Haidar tak menampik selama ini kerja PT Perta Arun Gas tak terlepas dari gangguan kelompok-kelompok bersenjata.
"Sebenarnya tidak hanya di Aceh, gangguan eksternal di mana-mana pasti ada. Padahal kami sudah membuat CSR (
corporate social responsibility)," kata dia.
Selain itu, PT Perta Arun Gas juga menghadapi gangguan lain berupa SMS ancaman terhadap para pegawainya, serta demonstrasi yang berakhir ricuh.
Haidar yakin, gangguan seperti itu akan terus ada dan tak bakal berhenti. Menurutnya, kelompok warga yang kecewa dan tidak menginginkan PT Perta Arun Gas beroperasi tidak akan pernah berkurang.
Seratus pesertaHaidar mengatakan pelatihan bela negara yang digagas Badiklat Kemhan dan perusahaannya akan diikuti seratus peserta. Mayoritas peserta merupakan warga di sekitar area operasi PT Perta Arun Gas.
Nantinya Komando Distrik Militer 0103 Lhokseumawe akan menyeleksi warga yang mengikuti program bela negara itu. Untuk program ini, anak perusahaan PT Pertamina itu harus mengeluarkan anggaran sekitar Rp3 juta per peserta.
Pelaksanaan bela negara di perusahaannya, kata Haidar, berbeda dengan implementasi kerja sama antara Bank Negara Indonesia dan Badiklat Kemhan tahun lalu. Ketika itu, BNI mewajibkan para pegawainya menjalani program bela negara untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
"Pegawai kami sudah lebih tahu tentang bela negara karena pendidikan mereka lebih baik daripada masyarakat sekitar. Melalui program ini, kami ingin menyasar masyarakat," kata Haidar.
Kepala Badiklat Kemhan, Mayor Jenderal Hartind Asrin, menjamin pelaksanaan bela negara di Lhokseumawe itu tak akan memakan korban luka apalagi korban jiwa.
Hartind berkata, lembaganya mendesain bela negara yang lebih mengutamakan dinamika kelas dibandingkan pelatihan fisik. "Latihan fisik paling tinggi adalah baris-berbaris dan pengetahuan senjata laras panjang atau laras pendek," ucapnya.
Program bela negara yang akan diterapkan Badiklat Kemhan dengan PT Perta Arun Gas terdiri dari tiga bidang. Pertama, peserta bela negara akan diberi pendidikan dasar seperti wawasan kepemimpinam, ketahanan nasional dan sistem pertahanan nasional.
Setelah itu, peserta akan mendapatkan pendidikan inti berupa lima nilai dasar bela negara yang akan disesuaikan dengan kearifan lokal.
(agk)