Jakarta, CNN Indonesia -- Wayan Mirna Salihin, perempuan 27 tahun asal Sunter Jakarta Utara, tewas usai menyesap kopi di Olivier Cafe, Grand Indonesia, Jakarta. Hasil sementara uji forensik menunjukkan Mirna mencerna sianida. Kasus ini tak pelak menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat.
Menurut mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, sianida merupakan zat beracun yang amat mematikan. Racun ini dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu cepat.
"Sianida beracun dan sangat mematikan. Zat ini telah digunakan sejak ribuan tahun lalu," kata Tjandra Yoga kepada CNNIndonesia.com, Senin (11/1).
Dalam dosis rendah, kata dia, sianida bisa ditemukan dalam produk yang biasa dikonsumsi manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sianida juga dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang. Tak hanya itu, racun sianida juga ada dalam asap rokok, asap kendaraan bermotor, serta bahan industri dan pertambangan.
Terdapat pula jenis hidrogen sianida yang merupakan cairan, bisa tidak berwarna atau berwarna biru pucat pada suhu kamar. Sianida jenis ini sangat mudah bercampur dengan air sehingga sering digunakan.
"Hidrogen sianida sangat mudah masuk ke dalam saluran pencernaan, dan dalam dosis besar sangat fatal akibatnya," kata Tjandra.
Selanjutnya terdapat sodium sianida dan potasium sianida yang berbentuk bubuk dan berwarna putih.
Apabila manusia terpapar sianida, kata Tjandra, racun itu akan masuk ke dalam pembuluh darah. Jika masuk dalam dosis kecil, sianida akan berubah menjaditTiosianat yang lebih aman dan diekskresikan atau dibuang dari tubuh.
"Namun jika sianida masuk ke tubuh dalam dosis besar, tubuh tidak akan mampu mengeluarkannya," kata Tjandra.
Jika Sianida masuk melalui sistem pencernaan, ujar Tjandra, maka kadar tertinggi ada dalam hati.
"Keracunan Sianida berakibat buruk pada sistem kardiovaskular, tekanan darah dalam otak, sistem pernapasan, dan sistem susunan saraf pusat," kata Tjandra.
Kematian datang karena sianida mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga mengakibatkan terhentinya metabolisme secara aerobik dan mengganggu respirasi.
Pertanda keracunanTanda awal keracunan sianida adalah peningkatan frekuensi pernapasan, nyeri kepala, sesak napas, perubahan perilaku seperti cemas, agitasi dan gelisah, serta berkeringat banyak. Selain itu, warna kulit berubah kemerahan, tubuh terasa lemah, dan vertigo.
"Tanda akhir adanya penekanan terhadap susunan saraf pusat," kata Tjandra.
Penekanan pada saraf pusat itu bisa berdampak kepada tremor, aritmia, kejang-kejang, koma, dan penekanan pada pusat pernafasan.
"Ujungnya gagal napas sampai jantung berhenti berdetak," kata Tjandra.
Pekan lalu, Mirna bersama sahabatnya, S dan H, datang ke Olivier Cafe. S yang tiba lebih awal memesankan minuman untuk Mirna dan H. Mirna dipesankan es kopi Vietnamese.
Minuman Mirna datang paling akhir, sekitar 40 menit setelah dua minuman rekannya dibawakan pelayan.
Mirna yang kemudian meminum kopi itu lantas merasa mual dan meminta H untuk mencium aroma kopi tersebut. H lalu mengatakan aroma kopi itu terasa aneh dan membuat mual.
Tak lama berselang, Mirna kejang. Dari klinik di dalam mal, ia dibawa ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta Pusat. Namun nyawanya tak tertolong.
Kepala Bidang Kedokteran Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Musyafak, menyatakan hasil autopsi sementara terhadap jenazah Mirna menunjukkan ada kandungan zat korosif jenis sianida di lambungnya yang diduga menyebabkan kematian.
(utd/agk)