Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian mengumpulkan sejumlah sampel untuk mengungkap kematian Wayan Mirna Salihin, perempuan 27 tahun asal Sunter Jakarta Utara, yang tewas setelah menyesap es kopi di Restoran Olivier, Grand Indonesia Shopping Town, Thamrin, Jakarta Pusat, pekan lalu.
Sampel yang dikumpulkan polisi ialah air liur dan kopi yang tersisa di cangkir Mirna. Pemeriksaan terhadap kedua sampel itu diperlukan untuk memastikan zat apa yang ditemukan dalam lambung Mirna.
Hingga kini meski polisi menduga kuat Mirna tewas akibat minuman yang ia konsumsi, mereka secara resmi belum mau menyimpulkan zat apa yang menyebabkan kematiannya. (Simak terus perkembangan kasus ini dalam Fokus:
KOPI MAUT MIRNA)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Anton Charliyan memilih menggunakan kata “zat asing”.
“Dari hasil autopsi, ada zat asing, tapi belum tahu kadarnya. Sejumlah apa yang menyebabkan kematian. Belum bisa kami umumkan karena masih sangat umum,” ujar Anton.
Sebelumnya, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafak menyatakan Mirna meninggal karena kerusakan lambung akibat zat korosif yang mengikis jaringan organ.
“Berdasarkan autopsi, ada tanda-tanda pendarahan pada lambung. Jadi ada kandungan zat besifat korosif yang terminum (Mirna) dan menyebabkan kerusakan mukosa dalam lambung,” kata Musyafak.
Salah satu kemungkinan zat korosif bisa ada dalam tubuh Mirna, ujar Musyafak, adalah dengan dimasukkan ke dalam minuman yang ia konsumsi.
Anton mengatakan, memang bisa saja Mirna dibunuh menggunakan racun yang dimasukkan ke dalam kopi. Namun, tegasnya, hingga kini polisi masih belum sampai pada kesimpulan itu.
Sementara untuk mengusut ada atau tidaknya unsur kesengajaan dalam kematian Mirna, polisi mencari tahu motif-motif apa saja yang memungkinkan dalam kasus ini.
“Kami selidiki ini pembunuhan atau kecelakaan. Kalau pembunuhan, apakah ada motif ekonomi, balas dendam, dan lain-lain,” kata Anton.
Untuk itu polisi mengecek rekaman kamera pemantau atau CCTV di lokasi kejadian.
“Kami sudah usahakan buka rekaman CCTV, tapi belum mendapat hasil. Masih kami dalami,” ujar Anton.
Sampai sekarang polisi telah memeriksa 10 orang saksi. Mereka ialah orang-orang yang berada di lokasi kejadian, termasuk empat orang pegawai Restoran Olivier dan keluarga Mirna.
Rabu pekan lalu, Mirna dan dua temannya, Siska dan Hani, bertemu di Restoran Olivier, Grand Indonesia. Siska datang lebih awal dari Hani dan Mirna, yakni pukul 16.09 WIB.
Siska lantas memesankan minuman cocktail dan fashioned sazerac untuk dirinya Hani, sedangkan Mirna dipesankan es kopi vietnam.
Sekitar pukul 17.00 WIB, Mirna dan Hani tiba. Mirna kemudian menyeruput es kopi vietnam yang telah dipesankan untuknya. Namun baru sedotan, ia kejang, merintih kesakitan, dan berbuih pada mulut hingga akhirnya meninggal di rumah sakit.
(agk)