Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan menyampaikan, kematian Wayan Mirna Salihin diduga kuat berasal dari minuman. Namun polisi masih perlu memastikan penyebabnya lebih lanjut dari hasil uji forensik.
"Walaupun kuat dugaan dari hasil minuman, kami perlu waktu untuk menunggu hasil autopsi," kata Anton kepada CNNIndonesia.com, Senin (11/1).
Pihak kepolisian membutuhkan waktu yang cukup untuk melakukan rangkaian penyelidikan. Selain memeriksa barang bukti berupa kopi yang diminum, polisi juga menggelar olah tempat kejadian perkara, mengautopsi korban, hingga melakukan pemeriksaan saksi-saksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sedang maraton melakukan pemeriksaan dan penyelidikan," ujarnya. (Simak terus perkembangan kasus ini dalam Fokus:
KOPI MAUT MIRNA)
Anton mengatakan, autopsi perlu dilakukan agar pihaknya mengetahui riwayat penyakit korban. Dia menambahkan, hingga kini polisi belum mengetahui motif kejadian yang menewaskan korban dalam beberapa saat.
Terkait dugaan racun sianida di dalam kopi yang diminum Mirna, Anton mengatakan, barang tersebut tidak dijual bebas di pasaran. Untuk mendapatkannya, konsumen harus memiliki izin dari pihak terkait, termasuk Badan POM.
"Untuk membelinya (sianida) perlu ada izin. Tapi yang namanya barang gelap, kami sendiri tidak tahu di mana adanya," kata Anton.
Siang tadi, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya melakukan prarekonstruksi perkara kematian Mirna di tempat kejadian, Olivier Cafe, Grand Indonesia, Kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.
Dalam prarekonstruksi, diperagakan betapa perempuan 27 tahun itu kesakitan luar biasa usai meminum es kopi Vietnamese di kafe tersebut. Mirna langsung terkejut ketika baru menghisap satu sedotan.
"It's awful, it's so bad," kata pegawai perempuan yang memperagakan sosok Mirna.
Saat Mirna mengalami kejang dan mulutnya mengeluarkan buih, kedua sahabatnya, S dan H, panik. Mereka memanggil pelayan untuk minta tolong. Mirna langsung dibawa ke klinik yang berada di pusat perbelanjaan itu.
Pekan lalu, Mirna bersama kawannya, S dan H datang ke kafe Olivier. S yang tiba lebih awal memesankan minuman untuk Mirna dan H. Mirna dipesankan es kopi Vietnamese.
Minuman Mirna datang paling akhir, sekitar 40 menit setelah dua minuman rekannya dibawakan pelayan.
Mirna yang kemudian meminum kopi itu lantas merasa mual dan meminta H untuk mencium aroma kopi tersebut. H lalu mengatakan aroma kopi itu terasa aneh dan membuat mual.
Tak lama berselang, Mirna kejang. Dari klinik di dalam mal, ia dibawa ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta Pusat. Namun nyawanya tak tertolong.
Kepala Bidang Kedokteran Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Musyafak, menyatakan hasil autopsi sementara terhadap jenazah Mirna menunjukkan ada kandungan zat korosif jenis sianida di lambungnya yang diduga menyebabkan kematian.
(meg)