Semarang, CNN Indonesia -- Keberadaan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Semarang, Jawa Tengah, tiba-tiba menghilang bersama para pengikutnya. Hilangnya mereka menyusul kembalinya dokter Rica Tri Handayani dan anaknya ke Yogyakarta setelah ditemukan aparat kepolisian.
Di Semarang, rumah di Jalan Karang Gawang Baru Nomor 17 Kelurahan Tandang, yang menjadi tempat sekretariat Gafatar telah ditinggalkan penghuninya begitu saja. Saat didatangi Tim CNN Indonesia, Selasa (12/1), rumah berlantai dua itu dalam keadaan berantakan.
Terlihat berkas surat-surat dengan kop bertuliskan Gafatar Properties. Ada pula spanduk di tembol yang bertulis Gafatar menuju Program Kemandirian dan Ketahanan Pangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dalam rumah tersebut juga masih melekat sambungan telepon dan internet. Menurut warga sekitar, kantor Gafatar tersebut mulai sepi dan tak berpenghuni sudah selama sepekan lebih, bersamaan dengan berita hilangnya dokter Rica dan anaknya asal Yogyakarta.
"Kira-kira seminggu ini rumah sepi ditinggal penghuninya. Padahal biasanya setiap hari tertentu banyak orang kumpul di situ", ujar Jatmiko, salah seorang warga setempat.
Jatmiko juga menceritakan bahwa beberapa hari lalu sejumlah orang mendatangi rumah Gafatar untuk mencari anggota keluarganya yang hilang.
"Kemarin itu ada beberapa orang datang cari keluarganya yang hilang. Warga tahu semua dan penasaran juga,” tambah Jatmiko.
Setelah ditemukannya dokter Rica bersama anaknya dan tiga orang lainnya oleh Tim Jatanras Polda DIY, kelompok Gafatar disebut-sebut berada di balik kasus tersebut. Majelis Ulama Indonesia menyebut organisasi Gafatar merupakan metamorfosa aliran Al Qiyadah Al Islamiyah yang dulu dipimpin Ahmad Musadeq dan dinyatakan terlarang.
(obs/obs)