Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Intelijen Negara (BIN) masih mendalami segala sesuatunya mengenai Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang telah meresahkan masyarakat di Tanah Air dalam beberapa waktu terakhir. Selebihnya BIN tak mau banyak mengomentari.
Kepala BIN Sutiyoso enggan banyak berkomentar lebih jauh soal Gafatar. "Nantilah, kalau itu masih kita dalami. Nanti kalau dapat, karena kalau BIN yang ngomong harus A1 soalnya. Kita dalami," kata Sutiyoso di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (13/1), seperti dilansir
Antara.Sutiyoso mengatakan pihaknya belum mendapatkan informasi utuh 100 persen soal Gafatar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ia berjanji jika ada indikasi penyimpangan yang sangat mengganggu terkait Gafatar, BIN akan segera mengumumkannya kepada masyarakat luas.
"Ya masih didalami kan, aku belum ngerti kan, kalau memang indikasi-indikasinya seperti itu, nanti kita akan umumkan. Sekarang belum bisa komen," katanya.
Gafatar bisa dikatakan bukan sepenuhnya organisasi yang baru berdiri.
Pendeklarasian yang dilakukan pada 21 Januari 2012 di gedung JIEXPO Kemayoran Jakarta semakin mengukuhkan keberadaan organisasi yang diketuai oleh Mahful M Tumanurung ini.
Keberadaan Gafatar dalam beberapa waktu terakhir dianggap meresahkan pascahilangnya sejumlah orang yang diduga bergabung dalam organisasi tersebut.
Misalnya saja beberapa warga Yogyakarta dan sekitarnya hilang diduga ikut Gafatar.
Diduga ada empat orang yang berasal dari DIY hilang karena mengikuti gerakan ini yakni dr Rica Tri Handayani dan anaknya, Diah Ayu Yulianingsih, seorang ibu dengan satu anak dari Sleman; seorang PNS RSUP Dr Sardjito berinisial ES; serta Ahmad Kevin Aprilio pelajar SMA yang hilang bersama ayahnya.
Dokter Rica bersama anak bayinya telah ditemukan di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah setelah menghilang dari suaminya yang sedang studi dokter spesialis di Yogyakarta sejak Desember 2015.
(obs)