Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan belum mengetahui target serangan kelompok teror yang melakukan peledakan di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat.
“Target dari serangan ini kami tidak tahu. Kami masih investigasi, juga (Kapolda Metro Jaya) Pak Tito Karnavian bersama dengan jajarannya,” kata Luhut di lokasi kejadian, Kamis (14/1).
Sampai saat ini, kata Luhut, aparat keamanan terus memburu kelompok teroris tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Lima teroris mati. Kami belum tahu ada siasat apa (kelompok teroris). Tapi kami masih melakukan pengejaran di mana-mana,” ujar Luhut.
Apapun, Luhut memuji Polda Metro Jaya yang menurutnya bertindak cekatan mengejar pelaku serangan teror ibu kota.
“Kami apresiasi kecepatan Polda Metro Jaya menembak mati teroris,” kata dia.
Luhut meminta masyarakat untuk tidak begitu saja mempercayai cerita-cerita yang beredar, termasuk kabar tentang teroris yang membawa senapan laras panjang di jalan.
“Itu tidak betul. Jangan bercerita yang tidak benar dan jangan sebar rumot,” kata dia.
Menurut Luhut, selama ini pemerintah selalu mendapat keterangan terputus-putus terkait rencana aksi teroris. Ia tak sepakat kata “kecolongan” digunakan dalam kasus ledakan Sarinah.
“Orang itu (teroris) tadi pun (melakukan aksi) karena diperiksa penjaga, dan petugas curiga itu ada bom, sehingga kejadian. Jadi sebenarnya kesiagaan ada, tapi kami tidak bisa tahu ke mana mereka (teroris) pergi. Kami tidak tahu pergerakan ke mana. Saya tidak tahu mereka pakai kendaraan atau jalan kaki,” kata Luhut.
Sejauh ini Luhut menilai ledakan di kawasan Sarinah itu berdaya ledak rendah. Meski demikian polisi memerlukan beberapa hari untuk menentukan apakah ledakan tersebut punya daya ledak rendah atau tinggi.
Ledakan di Sarinah itu disusul oleh baku tembak antara polisi dan pelaku sekitar pukul 12.00 WIB di dalam gedung Djakarta Theater XII dan kawasan perbelanjaan Lotus.
Total korban luka dan tewas, kata Wakapolri Komisaris Jenderal Budi Gunawan, mencapai 16 orang, termasuk di dalamnya para pelaku.
(agk)