Jakarta, CNN Indonesia -- Serangan teror di kawasan Thamrin, Jakarta, Kamis (14/1), diduga dikendalikan dari Suriah oleh seseorang bernama Bahrun Naim. Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, Bahrun diduga mendanai teroris di Indonesia melalui berbagai pihak.
"Soal itu (cara pendanaan) belum bisa saja sampaikan secara teknis. Tapi seperti itu tidak langsung ke yang bersangkutan tapi melalui tangan kedua, ketiga dan seterusnya," kata Badrodin di Markas Besar Polri, Jakarta, Jumat (15/1).
Dia mengatakan, sebenarnya Bahrun sudah diawasi sejak lama. "Karena salah satu pelaku (Bahrun) pernah kami tangkap saat kunjungan Obama ke Indonesia," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahrun memang pernah ditangkap pada 2010. Namun majelis hakim hanya memvonis hukuman 2,5 tahun.
Berdasarkan informasi yang dihimpun CNN Indonesia, pada 2015, setelah masa hukumannya lama berakhir, Bahrun kemudian melarikan seorang mahasiswi bersama dirinya ke Suriah. Pada akhir tahun, kemudian ancaman serangan teror dia keluarkan terhadap pemerintah Indonesia dari Timur Tengah.
"Sekarang melakukan lagi. Pelaku itu memang bukan dari kelompok yang baru tapi memang melakukan aksi di masa lalu," kata Badrodin.
Secara terpisah, Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Agus Santoso mengatakan aliran dana teroris kebanyakan disalurkan oleh organisasi berkedok yayasan.
Selain itu, dia juga mengatakan para teroris juga menjalankan usaha yang bisa beromzet miliaran. Tidak hanya itu, ada juga dana ilegal yang dikumpulkan lewat pelanggaran secara fisik maupun siber.
"Tiga tahun lalu aliran dana teroris itu kecil, hanya ratusan ribu. Sekarang mereka sudah punya usaha garmen dan lain-lain," kata Agus.
Yang paling patut diwaspadai, kata dia, teroris mulai merambah kepada usaha jual-beli bahan kimia. Akses mereka terhadap zat-zat berbahaya, kata dia, mesti jadi perhatian Badan Pengawas Obat dan Makanan.