Mendikbud: Habisi Itu Pelaku Teror!

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Minggu, 17 Jan 2016 23:15 WIB
Persoalan terorisme perlu diselesaikan dari hulu. Faktor utama terorisme bukan pada penyebaran ideologi atau pemikiran menyimpang para pelajar.
Mendikbud Anies Baswedan ketika menghadiri Asia Africa Parliamentary Conference sebagai rangkaian KTT Asia-Afrika di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis, 23 April 2015. (CNN indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meminta dengan tegas agar pelaku terorisme dan kelompok kriminal segera ditangkap. Dia menilai persoalan terorisme perlu diselesaikan dari hulu.

Anies berpendapat, faktor utama terorisme bukan pada penyebaran ideologi atau pemikiran menyimpang para pelajar. Menurutnya, sulit menghubungkan keterkaitan antara peristiwa teror di Jakarta lalu dengan tindakan pelajar. Namun jika otak kejahatan itu bisa ditangkap, maka 57 juta anak Indonesia bakal selamat.

"Habisi itu orang-orang yang berkumpul melakukan kekerasan. Dengan begitu, 57 juta anak bisa aman," seru Anies saat ditemui usai acara pelantikan Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia di Gedung A Kemendikbud, Jakarta, Minggu (17/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anies mengatakan, sejak Mei tahun lalu pihaknya telah membuat Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2015. Aturan itu mengharuskan pihak sekolah untuk berinteraksi secara intensif dengan orangtua murid.

Dia menjelaskan, interaksi itu bukan dilakukan oleh komite sekolah, tetapi antara wali kelas dengan orangtua. Tujuannya agar mereka bisa mengetahui dini bila ada gejala penyimpangan yang dilakukan oleh murid.

"Jadi kami berharap dari situ bisa mendeteksi bila ada pikiran yang menyimpang. Biasanya gejalanya ada, hanya orangtua atau sekolah menganggap itu persoalan kecil," katanya.

Anies menyebutkan empat penyimpangan yang bisa terjadi pada pelajar, di antaranya kekerasan, narkoba, pornografi, ideologi atau pandangan ekstrim.

Namun menurutnya, pandangan ekstrim atau menyimpang berbeda dengan tindakan terorisme. Dia memberi contoh, orang yang percaya mengenakan jilbab bukan berarti berpotensi melakukan kekerasan. Atau sebaliknya.

"Yang sekolah bisa lakukan adalah mendeteksi pada fase prilaku itu. Tetapi kalau sampai pada kekerasan, itu jadi persoalan keamanan bukan persoalan pendidikan," ujarnya.

Saat ditanya soal sanksi atas penyebaran ideologi menyimpang di sekolah, Anies tidak menjawab. Dia mengatakan, jika ada penyimpangan, guru dan orangtua akan mendeteksi lebih awal.

(obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER