Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Kalimantan Barat Cornelius mengaku pemerintah daerah selama ini telah lalai dalam mendata warga yang memasuki daerahnya. Hal ini pula yang menurutnya menjadi penyebab pemukiman eks anggota organisasi kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat diamuk oleh massa.
Cornelis menolak jika dikatakan bahwa warganya menyerang pemukiman eks anggota Gafatar itu, karena, menurutnya, orang-orang yang dulunya menjadi pengikut ormas tersebutlah yang memasuki wilayah Kalimantan Barat.
"Tidak diserang mereka, (tapi) mereka masuk ke Kalbar. Jadi masyarakat sudah memperingatkan, tapi kontrol pemda dari bawah juga lalai. (Setelah terjadi peristiwa) begini baru semua teriak," ujar Cornelis di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (20/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gubernur yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menyebutkan, provinsinya banyak dimasuki oleh pengikut Gafatar yang kebanyakan dari mereka berasal dari priovinsi lain seperti Jawa Timur, Lampung, Jawa Barat.
"Kami sudah ingatkan ke pemda supaya orang datang dan pergi diketahui. Kalau ada orang hilang di Jakarta, kita bisa tahu. Ini termasuk lalai mengecek hal seperti itu," ujarnya.
Cornelis mengaku telah mengonsentrasikan evakuasi di Kota Pontianak, supaya para eks anggota Gafatar tersebut tidak diserang oleh warga. "Kami menyelamatkan nyawa mereka juga. Jangan sampai ada korban jiwa," katanya.
Ia pun berencana untuk mengembalikan para eks anggota Gafatar itu ke daerahnya masing-masing, karena secara tidak resmi mereka bukan warga Kalbar. "Saya enggak tahu mereka dapat tempat berapa hektare. Mereka datang diam-diam, beda dengan transmigrasi," ujar Cornelis.
Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa para mantan anggota Gafatar telah dievakuasi. Ia mengaku akan mengirimkan kapal perang TNI dalam dua hari ini untuk mengangkut dan memulangkangkan mereka ke rumah masing-masing.
"Baru kejadian dua hari lalu, tapi yang penting sekarang jangan sampai ada bentrok. Yang penting aman, kemudian diamankan di Kodam, jadi besok akan dievakuasi," katanya.
Luhut menuturkan, pihaknya masih akan mengkaji apakah perekrut anggota Gafatar akan dihukum, karena dulunya ormas tersebut menjadi sebuah komunitas untuk mengolah pertanian.
Sebelumnya diberitakan bahwa massa menolak kelompok Gafatar dan meminta pemerintah segera mengevakuasi eks anggota Gafatar keluar dari wilayah mereka. Selama beberapa bulan terakhir, eks anggota yang kebanyakan berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat ini, tinggal di pemukiman tersebut.
Tidak ada korban jiwa dari peristiwa ini namun kerugian diprediksi mencapai ratusan juta rupiah.
Pemerintah setempat mulai melakukan evakuasi sejak Selasa siang. Bupati Mempawah, Ria Norsan, saat dihubungi kantor berita Antara mengatakan, sesuai rapat koordinasi pihaknya sepakat untuk mengevakuasi eks Gafatar itu ke Pontianak.
Sejak Selasa (19/1) pagi, rapat dilakukan di Kantor Bupati Mempawah untuk membahas pemulangan mereka, kemudian sekitar pukul 14.10 WIB, seluruh unsur Forkopimda Mempawah langsung keluar untuk menuju lokasi.
"Mereka sudah bersedia kita evakuasi dan dikembalikan ke daerah asal. Evakuasi dilakukan dengan menggunakan sejumlah armada yang sudah disiapkan dan selanjutnya akan dibawa ke Pontianak," ujar Ria Norsan.
(pit)