Polri Pinjam Napi Keterlibatan Aman dan Baasyir di Thamrin

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Kamis, 21 Jan 2016 17:14 WIB
ima orang tersebut dipinjam akhir pekan lalu untuk dimintai keterangan karena banyak pentolan ISIS di dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Abu Bakar Bashir. (Dimas Ardian/Getty Images CNNIndonesia GettyImages).
Jakarta, CNN Indonesia -- Markas Besar Polri membenarkan telah meminjam lima orang narapidana untuk mendalami keterlibatan Aman Abdurrahman dan Abu Bakar Baasyir dalam serangan teror Thamrin, Jakarta, pekan lalu. 

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Anton Charliyan, Kamis (21/1), mengatakan lima orang tersebut dipinjam pada akhir pekan lalu untuk dimintai keterangan karena banyak pentolan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Empat narapidana dijemput dari Lapas Dewasa Kelas 1A Tangerang, Jawa Barat. Sementara seorang lainnya dipinjam dari salah satu Lapas di Nusakambangan, Jawa Tengah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pentolan (ISIS) di dalam (lapas) masih ada AA (Aman Abdurrahman) dan ABB (Abu Bakar Baasyir). Masih pendalaman siapa saja yang berkomunikasi di dalam, makanya kami bon empat orang dari Tangerang dan satu orang dari Nusakambangan," kata Anton.
Dia mengatakan, siapa saja yang terlibat dalam serangan teror di pusat keramaian Jakarta itu masih terus didalami oleh Kepolisian.

Hingga saat ini, kata Anton, belum ada keterkaitan antara peristiwa itu dengan Abu Bakar Baasyir ataupun Aman Abdurrahman. Kepolisian masih meyakini Bahrun Naim adalah otak serangan tersebut.

Kedua napi yang disebut sebagai pentolan ISIS itu pun, untuk saat ini, belum akan dimintai keterangan. "Sementara belum, nanti kami tanyakan kepada tim apakah ada rencana," pungkasnya.
Dugaan komunikasi teroris dengan mereka yang ada di balik jeruji jadi salah satu alasan memperkuat wacana pemisahan sel dengan napi kriminal umum.

Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti bahkan menilai Lapas Nusakambangan sudah tidak relevan khususnya bagi narapidana kasus terorisme.

"Di Nusakambangan tempat itu angker dulu. Sekarang tidak angker lagi, Sabtu Minggu banyak yang datang besuk," kata Badrodin.

Badrodin berharap Kementerian Hukum dan HAM akan mempertimbangkan untuk memisahkan napi terorisme dari yang lainnya. "Itu jadi pertimbangan. Dan ini juga terus dikaji Kemenkumham," ucap Badrodin.

Freddy Budiman Gabung ISIS?

Penggabungan sel terorisme dan kriminal umum juga menimbulkan spekulasi. Informasi menyebut terpidana mati raja narkotik Freddy Budiman telah dibaiat masuk ISIS oleh Aman Abdurrahman.

Namun, kabar tersebut hingga kini belum dapat dikonfirmasi. Belakangan Freddy sendiri dipinjam oleh Badan Reserse Kriminal Polri (Bareskrim) untuk dimintai keterangan terkait kasus narkotik baru yang menjeratnya.

"Saya belum tahu kalau soal Freddy. Nanti saya cek ke Densus karena penyidikannya ada di sana," kata Badrodin.

Pihak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM pun mengatakan saat ini Freddy sedang berada di Lapas Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat.
Kepala Subdirektorat Komunikasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Akbar Hadi kepada CNNIndonesia.com mengatakan semenjak dipinjam Bareskrim pada 2015 lalu, Freddy belum kembali ke Nusakambangan.

"Untuk masalah penyidikan itu di luar kewenangan kami, tapi yang jelas Freddy dan Aman Abdurrahman itu tidak pernah satu kamar atau satu Lapas," kata Akbar.

Freddy, kata Akbar, sebelumnya mendekam di Lapas Batu. Sementara Aman Abdurrahman berada di Lapas Kembang Kuning.

"Kalau oleh temannya Aman, mungkin saja. Tapi kami tidak bisa memastikan," ujarnya. (bag)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER