Disusupi Diduga Teroris, Kepala Panti Mengaku Kecolongan

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Selasa, 19 Jan 2016 18:47 WIB
Diduga karena mengetahui telah diincar, Said melarikan diri ke panti dan salat bersama anak dan pengurus panti.
Kapolri Jendral Pol Badrodin Haiti saat memberikan keterangan terkait dengan aksi teror peledakan bom dan penembakan di kawasan Thamrin, Jakarta, Sabtu, 16 Januari 2016. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Panti Dapur Yatim Devi Susiana mengaku kecolongan karena telah disusupi Said, yang diduga terlibat jaringan ISIS. Hal itu disampaikannya menyikapi penangkapan Said yang dilakukan Densus 88 Antiteror Mabes Polri pada Senin (11/1) lalu.

Masuknya Said ke lingkungan Panti Dapur Yatim, dikarenakan cukup terbukanya panti kepada semua orang yang hendak berkunjung. Dia mengakui, panti memang hampir tidak pernah melarang siapapun yang ingin berkunjung.

"Kami tidak bisa larang orang datang ke panti. Siapapun selalu kami terima. Ini jadi celah. Kami merasa kecolongan. Ini pelajaran yang besar bagi kami," ujar Devi Susiana di Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Jakarta, Selasa (19/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menceritakan, saat itu Said mengunjungi pantinya dengan tujuan salat ashar bersama anak-anak asuh. Memang, saat itu bukan kali pertama Said salat berjamaah di pantinya. Dia mengaku sudah beberapa kali Said salat di tempatnya.

Berdasarkan informasi yang diterimanya, Said telah menjadi incaran Densus 88. Kediaman Said berada di belakang kawasan Panti Dapur Yatim, Bojong Malaka, Bale Endah, Kabupaten Bandung.

Diduga karena mengetahui telah diincar, Said melarikan diri ke panti dan salat bersama anak dan pengurus panti. Penangkapan Said pun terjadi usai salat ashar. Namun, Devi mengapresiasi langkah Densus 88 yang menangkap Said dengan baik tanpa membuat keributan di kawasan panti.

Devi mendapat informasi dari pengasuh anak di panti yang ada saat itu, Densus 88 bahkan tidak mengeluarkan senjatanya sama sekali saat menyergap Said.

"Densus 88 tahu akan masuk panti, jadi sudah mempersiapkan sebelumnya. Dibuat serapi mungkin. Menanggalkan seragam, menyebar bahkan selayaknya petani," katanya.

Trauma dan peningkatan pengamanan

Devi mengatakan penyergapan Said di pantinya memicu munculnya gangguan-gangguan dari masyarakat sekitar panti. Mulai dari pemotongan plang panti, hingga mengolok Panti Dapur Yatim sebagai sarang teroris.

"Beberapa kejadian setelah itu membuat kami terpukul. Masyarakat meminta kami membubarkan panti karena dibilang sarang teroris. Pembicaraan itu sering muncul," ucap Devi.

Dia menceritakan suasana panti sempat menegang hingga tiga hari setelah penyergapan. Meski tidak ada gangguan langsung, kejadian itu dianggap meninggalkan trauma ke anak asuh dan para pengurus. Mulai dari lari ke bawah meja untuk bersembunyi hingga menangis.  

"Itu polisi ih ngeri, takut ditangkap," katanya menirukan anak asuh Panti Dapur Yatim.

Dia mengaku hal seperti litu langsung ditangani pengasuh. Tidak ada perubahan kegiatan di panti setelah kejadian itu. Menurutnya, hal itu dilakukan agar para anak asuh tidak menanyakan penyebab perubahan kegiatan di panti.

Pihaknya juga sedang merencanakan kegiatan di luar panti, dengan tujuan menyegarkan pikiran para pengurus dan anak asuh.

Pengamanan panti langsung ditingkatkan paska penangkapan Said. Awalnya, para pegawai secara bergilir berjaga di gerbang depan panti. Kemudian, Devi menggunakan petugas pengamanan khusus untuk berjaga.

Petugas itu mencatat dan mengevaluasi setiap orang yang masuk ke panti. Mereka juga akan meminta pengunjung meninggalkan kartu identitasnya, saat hendak berkunjung.

(obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER