Jakarta, CNN Indonesia -- Pengadilan Negeri Jakarta Barat menggelar sidang lanjutan dengan delapan terdakwa simpatisan Negara Islam Irak Suriah (ISIS). Agenda sidang kali ini mendengarkan keterangan saksi mahkota atau saksi yang diambil dari salah seorang terdakwa lainnya.
Ada empat saksi mahkota yang dimintai keterangannya untuk terdakwa Aprimul Henry alias Mulbin Arifin. Keempatnya yaitu Robby Risa Putra, Ridwan Sungkar alias Abu Bilal alias Iwan, Tuah Febriwansyah alias Muhammad Fachri, dan Abdul Hakim alias Abu Imad.
Kuasa hukum terdakwa, Asludin Hatjani mengatakan, dari keempat saksi mahkota yang dihadirkan, hanya Robby yang memiliki hubungan dengan Aprimul. Sementara yang lain adalah orang yang telah berangkat ke Suriah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asludin menilai, Ridwan Sungkar, Tuah Febriwansyah, dan Abdul Hakim tidak memiliki hubungan apapun dengan Aprimul.
"Yang dihadirkan tadi sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh terdakwa. Yang berhubungan hanya Robby karena mereka saling kontak untuk tiket yang akan digunakan ke Turki," kata Asludin usai sidang di Ruang Soerjadi PN Jakarta Barat, Kamis (21/1).
Menurut Asludin, kliennya, Aprimul, tidak pernah mengaku bergabung dengan ISIS. Dia menambahkan, Aprimul juga tidak pernah berangkat ke Suriah.
Dalam persidangan, Robby (39) mengaku membantu Aprimul untuk memberangkatkan lima orang ke Turki. Kelimanya yaitu Hari, Hakim, Yahya, Rohim, dan Zaki. Sementara peran Robby sebagai orang yang mencari tiket penerbangan.
Robby mengatakan, orang yang diberangkatkan pertama kali bernama Hari, pada Februari 2013 dengan tujuan Turki yang berbatasan langsung dengan Suriah. Hari berangkat dari Jakarta kemudian transit di Kuala Lumpur, Malaysia. Dia menggunakan pesawat Malaysia Airlines menuju Istambul, Turki.
"Uang yang ditransfer dari Aprimul hanya sekali, Rp24 juta, setelah tiket di-booking," kata Robby. Menurutnya, uang tersebut untuk perjalanan empat orang.
Sementara, Zaki memberikan uang Rp14 juta kepada Robby untuk tiket perjalanan pergi dan pulang. Zaki berangkat pada Maret 2014.
"Dia ingin menyusul Hari. Aprimul minta tolong saya untuk pesankan tiket," katanya.
Zaki sempat ditolak berangkat oleh pihak maskapai lantaran dia memilih membeli tiket hanya sekali perjalanan keberangkatan. Alasannya lebih irit ongkosnya.
"Zaki minta satu tiket perjalanan saja, katanya biar lebih irit, tapi travel minta PP. Uang itu dari dia sendiri," ujar Robby
Robby mengatakan lima orang yang diberangkatkan berasal dari Bukit Tinggi. Robby diminta bantuan karena di tempat tinggal Aprimul tidak ada tiket pesawat yang dapat dipesan secara online.
"Aprimul di Bukit Tinggi, saya di Jakarta. Karena merasa ada hubungan emosional secara teman lama, saya tidak keberatan (membantu)," kata Robby.
Robby mengaku mengenal Aprimul sejak masa sekolah di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Namun sejak 1995 mereka berpisah, dan bertemu kembali di masjid Al Jihad Bukit Tinggi pada 2012. Pertemuan saat itu, kata Robby, dalam rangka itikad Ramadhan.
"Saya diminta tolong karena mereka ingin bergabung dengan misi kemanusiaan," katanya. Robby mengaku tidak mendapat imbalan apapun dari bantuannya itu.
Setelah keberangkatan itu, Robby mengaku tidak berkomunikasi lagi dengan orang-orang yang dia berangkatkan. Mereka hanya berkabar kepada Aprimul, lalu kabar itu diteruskan ke Robby.
Jaksa Penuntut Umum Yuana membacakan berita acara pemeriksaan Robby. Motivasi Robby membantu Aprimul di antaranya untuk menolong saudara Muslim di Suriah yang dizalimi oleh Presiden Bashar al Assad, menegakkan syariat Islam, dan membantu teman satu kampung.
(utd)