Jakarta, CNN Indonesia -- Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebut, tak semua responden menolak Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Ada sekitar 0,8 persen responden yang sepakat dengan perjuangan kelompok radikal itu.
Dalam jajak pendapat dengan responden 1.220 orang itu didapatkan hasil mayoritas responden menentang ISIS. Jumlah yang menentang mencapai 95 persen.
Namun meski jumlah yang sepakat sangat minor, Direktur Utama SMRC Djayadi Hanan mengatakan, pemerintah tetap harus mewaspadai hal ini.
Jumlah yang sedikit ini menurutnya bisa jadi target penting ISIS untuk direkrut jadi anggotanya. "Ini harus diwaspadai aparat keamanan," ujar Djayadi di Jakarta, Jumat (22/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk melancarkan aksi teror, ISIS menurutnya tak butuh banyak orang. "Tentu yang mereka perlukan hanya sedikit orang untuk melakukan aksi-aksi sesuai dengan kepentingan mereka," katanya.
Jika tidak diwaspadai, mereka yang jumlahnya sedikit ini menurut Djayadi bisa direkrut oleh ISIS melalui simpatisannya yang ada di Indonesia. Para simpatisan yang pulang dari Suriah kemungkinan besar mengajak mereka.
Dia menambahkan, salah satu cara kerja terorisme adalah membangun simpati di kalangan kelompok yang setuju dengan ideologinya.
"Pasti kelompok yang sudah aktif seperti lulusan Suriah ketika mereka kembali (ke Indonesia) akan berupaya menarik lebih banyak pengikut," katanya.
SMRC menggelar riset pada pada 10-20 Desember 2015 lalu. 1.220 responden yang disurvei, dipilih secara acak.
(sur)