MUI Tantang Petinggi Gafatar Debat di Hadapan Pengikutnya

Resty Armenia | CNN Indonesia
Rabu, 27 Jan 2016 05:11 WIB
MUI berharap hal itu bisa menyadarkan para anggota bahwa mereka selama ini diberikan ajaran yang tidak benar.
Sejumlah warga eks-Gafatar meninggalkan permukiman mereka yang dibakar massa saat hendak dievakuasi dari kawasan Monton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalbar, Selasa (19/1). Permukiman di lahan seluas 43 hektar tersebut dibakar sejumlah oknum masyarakat sebelum 796 warga eks-Gafatar berhasil dievakuasi pemda setempat. (Antara Foto/Jessica Helena Wuysang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Zaitun Rasmin mengungkapkan, pihaknya menantang para petinggi organisasi kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) untuk berdebat di hadapan para pengikutnya. Menurutnya, hal itu diharapkan bisa menyadarkan para anggota bahwa mereka selama ini diberikan ajaran yang tidak benar.

"Yang paling penting adalah bagaimana anggota-anggota mereka ini bisa disadarkan. Karena itu, saya sudah memberikan saran kepada Menkopolhukam agar tokoh-tokohnya (Gafatar) ini diajak dialog, kalau perlu sampai debat, di depan pengikut-pengikutnya, supaya pengikutnya bisa langsung tahu, 'oh ternyata selama ini kita dikibulin,'" ujar Zaitun di Kantor Kementerian Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan, Jakarta Pusat, Selasa (26/1).
Ia melanjutkan, "MUI siap (berdebat), asal di depan pengikut-pengikutnya."

Zaitun menjelaskan, sebenarnya para anggota Gafatar memeluk agama Islam, namun mereka menjadikan Milah Abraham sebagai modus agar bisa mengelak dari Undang-Undang Nomor 1/PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, meski telah mengajarkan pemahaman yang dianggap menyimpang dari agama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka pakai‎ Milah Abraham itu, sehingga tidak kena peraturan agama itu. Ini tidak boleh, karena mereka, walaupun mengistilahkan keluar, itu hanya formal saja. Mereka tetap menggunakan ajaran agama Islam, hanya nanti mereka ubah-ubah, seperti tidak mewajibkan salat, jilbabnya dibuka. Itu kadang-kadang dalam keadaan terpaksa dilakukan perubahan-perubahan. Jadi itu modus," katanya.
Zaitun memaparkan, berdasarkan peraturan tersebut, para anggota Gafatar bisa dijerat pasal penistaan agama jika mereka mengaku memeluk salah satu kepercayaan dari agama arus utama (mainstream) di Indonesia, alih-alih Milah Abraham. Padahal, menurutnya, Milah Abraham sebenarnya hanyalah rekayasa untuk mencoba memadukan antara Yahudi, Kristen, dan Islam yang kemudian dijadikan modus.

"Jadi kalau mereka (mengaku memeluk) agama Islam, mereka itu kan melakukan penistaan agama Islam. Kalau Kristen, melakukan penistaan agama Kristen.‎ Mereka mencoba membuat Milah Abraham, sehingga bisa keluar (tidak terkena) aturan itu," ujarnya. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER