LIPUTAN KHUSUS

Warga Teriak Banjir Bak Maling Teriak Maling

Megiza | CNN Indonesia
Selasa, 09 Feb 2016 15:45 WIB
Dinas Pekerjaan Umum Tata Air DKI Jakarta meminta warga Ibu Kota tak lagi melakukan penyalahgunaan saluran air yang ada di lingkungan tempat tinggal.
Dinas Pekerjaan Umum Tata Air DKI Jakarta meminta warga Ibu Kota tak lagi melakukan penyalahgunaan saluran air yang ada di lingkungan tempat tinggal. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Teguh Hendrawan mengungkapkan bahwa ada beberapa pompa air yang tidak terawat saat Jakarta kebanjiran beberapa waktu lalu. Hal itu didapatinya setelah dia resmi menjabat dan melakukan inspeksi sebagai Kepala Dinas pada Desember lalu.

Meski begitu, banjir yang beberapa tahun belakangan ini kerap menyerbu Ibu Kota pada musim hujan, dinilainya tidak melulu karena kurang terawatnya peralatan milik Pemerintah Provinsi DKI.

Dia menilai, banyak juga penyalahgunaan saluran air oleh masyarakat yang menyebabkan sebagian wilayah seringkali terendam banjir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Genangan itu banyak terjadi karena masyarakat yang tidak menggunakan saluran air sebagaimana mestinya. Salah satunya saluran air yang banyak ditutup untuk dijadikan parkir. Yang tadinya lebar setengah meter jadi kecil. Ini kan sama saja seperti maling teriak maling," kata Teguh kepada CNNIndonesia.com, Kamis (7/1) lalu.

Teguh menyebut, kian hilangnya kesadaran dan perilaku warga yang menyepelekan masalah sampah juga menjadi hambatan Jakarta terbebas banjir. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang kerap menyepelekan fungsi saluran air.


"Kembalikan fungsi got sebagai saluran air, jangan lagi ditutup ataupun dijadikan tempat sampah. Kalau itu saluran air jalan lancar, ya enggak ada genangan lagi karena air enggak akan macet," kata Teguh.

Ratusan Pompa Air DKI Siap Halau Banjir

Jelang musim penghujan yang diprediksi bakal dimulai pada awal Februari, Dinas PU Tata Air memastikan akan memaksimalkan ratusan pompa air di rumah pompa sekaligus mengerahkan mobil pompa di beberapa titik yang masuk dalam kategori rawan banjir.

Teguh mengungkapkan, banjir yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya besar kemungkinan karena kurang perawatan dan perbaikan pompa di rumah pompa. Dia menyebut bahwa Jakarta memiliki ratusan rumah pompa dan juga pompa air.


"DKI itu ada 150 rumah pompa, 453 pompa air dan 63 mobil pompa. Rumah pompa itu aktif tapi tidak difungsikan, tidak terlalu dimaksimalkan. Dari yang sudah saya lihat, ada beberapa yang memang terawat dan tidak," ujarnya.

Meski baru satu bulan menduduki kursi Kepala Dinas Tata Air, Teguh mengaku sudah memeriksa alat-alat di Rumah Pompa. Dia menemukan beberapa perangkat di rumah pompa ada yang telah berusia puluhan tahun.

"Ada pompa-pompa yang dibuat sejak tahun 70-an. Saat ini pompa-pompa itu sedang dalam perbaikan. Tinggal 20-an (pompa) lagi (yang diperbaiki)," ujarnya.

Mantan Wakil Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Wakadishubtrans) DKI ini juga menegaskan, pihaknya telah menyiagakan mobil pompa. Lebih dari 60 mobil pompa yang dimiliki Pemprov dipastikan telah stand-by di titik-titik rawan banjir.

"Mobil Pompa itu ada 63 dan sudah ada yang stand-by di lokasi-lokasi rawan seperti di dekat MOI (Mal Of Indonesia) Kelapa Gading dan Kali BGR (Kalimati). Sudah ada genset, jadi ketika mulai ada genangan, langsung dinyalakan dan dibuang. Di sana juga sudah ada operator yang standby," kata Teguh.

Meski menyatakan telah melakukan antisipasi banjir jelang musim hujan, Teguh mengatakan, perangkat kamera pengawas atau CCTV (Close Circuit Television) yang dipasang di Rumah Pompa terbilang belum mencukupi.

"CCTV belum banyak karena pengadaannya belum dilakukan. Saat ini baru ada 12 kamera, yaitu di Rumah Pompa Manggarai, Pluit dan Muara Karang. Itu pun kadang kalau hujan suka rusak gambarnya. Pemeliharaan sebelumnya tidak diperhatikan," ujarnya.


(meg/rdk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER