Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menilai gemuknya koalisi partai politik pendukung pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla akan membuat tekanan politik semakin besar.
"Ini menjadi tantangan politik buat Jokowi, semakin banyak partai di kabinet tekanan politik akan semakin besar," kata Ikrar di Kantor Indikator Politik Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (8/2).
Pasalnya, kini partai politik pendukung pemerintahan bertambah dengan kehadiran Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, sebelumnya kedua partai tersebut bergabung di Koalisi Merah Putih (KMP). Keduanya telah menyatakan dukungan kepada pemerintahan dalam rapat pimpinan nasional (Rapimnas) masing-masing pada Januari lalu.
Ikrar mengatakan, meski di satu sisi akan meningkatkan kepercayaan politik, namun jika pimpinan partai politik tergabung menjadi kekuatan, maka akan mengancam independensi presiden.
"Kalau pimpinan partai sebagai oligarki menjadi kekuatan politik untuk menekan presiden, itu bisa jadi buruk," kata Ikrar.
Selain Partai Golkar dan PPP, anggota partai politik yang tergabung dalam KMP dan mendukung pemerintahan adalah Partai Amanat Nasional (PAN).
Sikap PAN itu ditujukan September tahun lalu saat Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menyatakan secara resmi dukungannya ke pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Praktis, partai yang tidak secara resmi mendukung pemerintah hanya tersisa Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Namun, nama terakhir sempat bertandang ke Istana Negara untuk bertemu Presiden Joko Widodo pada akhir Desember tahun lalu.
Dengan semakin tipisnya anggota oposisi pemerintah, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani sebelumnya menyatakan secara fakta atau de facto KMP telah bubar karena satu persatu partai di dalamnya mendukung pemerintah.
Namun, hal itu dibantah Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Riau sekaligus Ketua Presidum KMP Aburizal Bakrie (Ical). Dia mengatakan KMP tidak membubarkan diri. Bahkan, Ical baru mengetahui kabar pembubaran itu dari wartawan.
"Menurut saya tidak bubar. Yang bilang siapa?" kata Ical di Kantor Golkar, Jakarta Barat, Kamis (4/2).
(gir)