KSAU: Super Tucano Rutin Mendapat Perawatan

Yuliawati | CNN Indonesia
Kamis, 11 Feb 2016 17:19 WIB
Dengan berulang kalinya kecelakaan pesawat TNI AU, maka perlu dilakukan audit dan investigasi secara holistik, profesional dan transparan.
Petugas mengangkut puing-puing pesawat latih tempur Super Tucano yang jatuh di pemukiman warga di Jalan LA Sucipto, Malang, Jawa Timur, Rabu (10/2). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan pesawat Super Tucano yang jatuh Rabu (10/2) di Blimbing, Malang mendapat perawatan rutin tiap mencapai 300 jam penerbangan. Tiap selesai perawatan selalu ada cek performa, dan hal itu yang dilakukan Mayor (Pnb) Ivy Safatillah dan teknisi Serma Syaiful Arief Rakhman (37).

"Selasa kemarin (9/2) sudah dicek dan Rabu ini tes 'flight'. Semua kemampuan pesawat termasuk akrobatik juga dites di udara," kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna, Kamis (11/2) superit dilaporkan Antara. Jatuhnya Super Tucano, kata dia, yang pertama kalinya.

Saat ini, kata Agus, tim identifikasi berusaha mengangkat badan pesawat yang masih terkubur di dalam tanah, dan mencari "video recorder" untuk mengevaluasi penyebab pasti jatuhnya pesawat itu.
Menurut Agus, Mayor Ivy sempat laporan ke landasan pusat Lanud Abd Saleh. "Calling" itu dilakukan saat mencapai ketinggian 25 ribu kaki dan 15 ribu kaki. Namun, saat mencapai ketinggian 8 ribu kaki, tidak ada calling atau hilang kontak dan dikabarkan pesawat jatuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat 'dive angle' 30 derajat untuk mencapai kecepatan 320 knot, harusnya pilot akan calling ke landasan, namun sudah hilang kontak. Video recorder juga sedang kami upayakan segera ditemukan dan diidentifikasi apa masalahnya hinga menyebabkan jatuh," kata Agus. 

Atas terjadinya insiden itu, KSAU melarang pesawat Super Tucano lain untuk tes flight demi keselamatan hingga semua masalah ditemukan.

"Semua penerbangan kami stop dulu sesuai prosedur, sampai masalah pesawat jatuh itu terungkap, sehingga tidak akan terjadi lagi," katanya.

Sementara itu, pengamat militer, Susaningtyas Kertopati berpendapat sistem perawatan pesawat milik TNI Angkatan Udara perlu dievaluasi mengingat seringnya kecelakaan pesawat milik matra udara tersebut.
"Perawatan pesawat memang secara berkala tentu sudah dilakukan, tetapi dengan adanya kejadian kecelakaan beberapa kali perlu adanya evaluasi sistem perawatan dan politik anggaran," kata Susaningtyas.

Mantan anggota Komisi I DPR ini menyebutkan, pihak Kementerian Pertahanan, Mabes TNI, dan Mabes TNI AU dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) serta Kementerian Keuangan harus satu suara dalam mereformasi kondisi yang kurang baik itu.

Dengan berulang kalinya kecelakaan pesawat TNI AU, maka perlu dilakukan audit dan investigasi secara holistik, profesional dan transparan agar bisa diketahui faktor penyebab secara pasti sehingga renstra pembangunan sistem alutsista pun dapat diperbaiki.

"Beberapa indikator pengukur harus dilidik secara teliti, misalnya, adanya 'human error', unsur sabotase, tekhnis maupun kondisi cuaca sebagai penyebab jatuhnya pesawat," kata Susaningtyas.

Dari sisi sumber daya manusia (SDM) dan juga program pelatihan harus ditingkatkan kualitasnya.

"Sebenarnya peningkatan kualitas bagi TNI itu bukan saja terletak pada alutsistanya, tetapi juga SDM-nya. Jadi, pendidikan dan latihan harus ditingkat, bukan hanya teknisi pesawat melainan juga pengawaknya. Sistem perawatan pesawat pun jug harus sesuai 'transfer of technology (TOT)',"  kata Susaningtyas. 

Untuk kasus Super Tucano ini, tambah dia, nampaknya harus punya atensi khusus karena sudah bukan hanya sekali, investigasi mungkin bisa melibatkan produsen atau teknisi khusus pesawat tersebut. (Antara)
(yul)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER