Jakarta, CNN Indonesia -- Jalan berliku bakal dilalui Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk kembali terpilih sebagai Gubernur Jakarta pada Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2017. Menjadi calon incumbent tak menjamin langkahnya akan mudah. Deretan figur populer mulai menjadi ancaman bagi Ahok.
Dari sekian banyak nama yang masuk bursa bakal calon Gubernur Jakarta, setidaknya ada empat nama yang berpotensi menjadi rival sebanding bagi Ahok. Nama-nama mereka sudah digadang-gadang sejumlah partai politik untuk diusung.
Pertama, musisi kondang Ahmad Dhani. Pria bernama asli Dhani Ahmad Prasetyo itu yang terbaru masuk bursa bakal calon pemimpin Jakarta. Dia tampak diminati Partai Kebangkitan Bangsa dan ormas Gerakan Pemuda Ansor yang berafiliasi dengan Nahdkatul Ulama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak heran, sebab Dhani merupakan kader NU. Saat ditemui di kediamannya, Dhani mengatakan keputusan dia untuk maju bertarung di Pilkada Jakarta ialah untuk menyejahterakan kaum Nahdliyin di ibu kota.
Minat Dhani di dunia politik bukan sama sekali baru. Pada Pemilu 2014, pentolan band Dewa 19 itu ikut berkampanye untuk Prabowo Subianto, calon presiden Partai Gerindra yang diusung Koalisi Merah Putih.
PKB yakin, popularitas Dhani tak kalah dibanding Ahok. Meski demikian, PKB menyebut elektabilitas atau tingkat keterpilihan Dhani masih kurang. Untuk itu partai pimpinan Muhaimin Iskandar tersebut akan menyosialisasikan Dhani sebagai bakal calon kepala daerah dengan lebih gencar pada warga ibu kota.
Nama kedua tak kalah ‘mentereng’. Dia adalah Abraham Lunggana, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta asal Partai Persatuan Pembangunan yang akrab disapa Haji Lulung. Figur yang satu ini nyaris tak mungkin tak dikenali oleh warga Jakarta.
Selama ini Lulung identik sebagai antitesis Ahok. Ia kerap berseberangan dan bertikai dengan Ahok dalam berbagai hal. Keduanya sudah mulai berseteru sejak Ahok masih menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Jokowi.
Pertengkaran Ahok dan Lulung kembali memuncak belakangan saat Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia mengusut kasus dugaan korupsi pengadaan alat Uninterruptible Power Supply pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2014 DKI Jakarta. Ahok dan Lulung saling menyalahkan dan menuding keterlibatan masing-masing.
Kini menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017, Lulung menyatakan siap maju dengan dukungan partainya untuk berhadapan dengan Ahok. Ia yakin popularitasnya bisa mengalahkan Ahok yang disebutnya “berperangai buruk.”
Nama ketiga ialah Yusril Ihza Mahendra –pengacara, pakar hukum tata negara, mantan menteri, sekaligus Ketua Umum Partai Bulan Bintang. Ini sosok yang piawai memegang kasus-kasus besar. Saat ini Yusril misalnya menjadi pengacara kubu Aburizal Bakrie dalam menghadapi sengketa dualisme kepengurusan Partai Golkar. Ia pun menjadi kuasa hukum mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Abang Yusril, Yuslih Ihza Mahendra, belum lama ini memenangi Pilkada Belitung Timur 2015. Uniknya, Yuslih menang atas adik Ahok, yakni Basuri Tjahaja Purnama.
Maka bila Yusril nanti resmi bertarung dengan Ahok di Pilkada Jakarta, akan terjadi perulangan rivalitas antara ‘klan’ Ihza Mahendra dengan Tjahaja Purnama.
Yusril berpendapat, Pilkada Jakarta akan lebih baik jika diikuti dua pasang calon saja, sebab pertarungan head to head menurutnya akan membuat pemilih lebih fokus untuk menentukan sikap.
Nama keempat ialah Ridwan Kamil yang saat ini menjabat Wali Kota Bandung. Pria yang akrab disapa Emil itu disebut-sebut paling berpotensi menjegal Ahok, dan diprediksi memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas paling mendekati Ahok.
Survei Center for Strategic and International Studies yang dirilis 25 Januari menunjukkan, popularitas Ahok berada di peringkat pertama (94 persen), dan Ridwan Kamil di urutan ketiga (71,25 persen).
Sementara dari segi tingkat elektabilitas, Ahok bertengger di nomor satu dengan perolehan 43,25 persen, disusul Ridwan Kamil sebanyak 17,25 persen.
Gerindra menjadi satu dari sekian partai yang ingin Ridwan Kamil hijrah ke Jakarta. Keseriusan Gerindra itu diperlihatkan dengan memasukkan nama Ridwan Kamil dalam penjaringan internal mereka.
Ridwan Kamil dan Ahok sendiri selama ini terkesan seperti musuh dalam selimut yang berjabat tangan hangat jika berjumpa. Banyak program di Jakarta dan Bandung yang muncul dengan aroma persaingan antara keduanya.
Di Jakarta, Ahok memiliki Jakarta Smart City dan Ruang Publik Terbuka Ramah Anak. Sementara di Bandung, Ridwan Kamil punya Command Center dan taman tematik yang jadi andalannya.
Ridwan Kamil mematok Maret sebagai batas waktu baginya untuk mengambil keputusan apakah akan maju di Pilkada Jakarta atau tidak. "Satu bulan ini saya masih mau mendengarkan aspirasi masyarakat, baik positif maupun negatif," ujar Emil.
Selain empat tokoh di atas, masih banyak nama lain yang berniat melawan Ahok. Mereka antara lain Sandiaga Uno dan Biem Benyamin yang masuk penjaringan Gerindra, Hidayat Nur Wahid dan Annis Matta yang dipertimbangkan diusung PKS, hingga Djarot Saiful Hidayat dan Boy Sadikin dari PDI Perjuangan.
Genderang perang berebut singgasana Jakarta telah ditabuh.
(agk)