Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan kubu Djan Faridz. Ahmad Dimyati Natakusumah menilai dihidupkannya lagi kepengurusan PPP hasil Muktamar Bandung adalah perbuatan melawan hukum. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly itu akan digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara.
"Itu bertentangan dengan MA (Mahkamah Agung) dan rawan gugatan. Kami akan buat gugatan baru ke PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara)," kata Dimyati saat dihubungi, Rabu (17/2).
Dalam keputusannya, Oktober lalu, MA membatalkan putusan PTUN yang menyatakan Surat Keputusan Menkumham soal pengesahan PPP kubu Romahurmuziy, sah.
Adanya keputusan ini membuat Yasonna pada Januari lalu mencabut SK pengesahan Pengurus PPP hasil Muktamar Surabaya pimpinan Romahurmuziy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan ini dilanjutkan dengan keputusan hari ini yang mengesahkan kembali pengurus PPP hasil Muktamar di Bandung 2011 lalu. Dalam muktamar itu, Ketua Umum PPP adalah Suryadharma Ali dan Sekretaris Jenderal adalah Romahurmuziy.
Dimyati mengaku heran dengan keputusan ini. Menurutnya, seharusnya Yasonna mengesahkan kepengrusan kubu Djan Faridz hasil dari Muktamar di Jakarta. "Kami sudah serahkan semua persyaratan dan lengkap," kata bekas Bupati Pandeglang ini.
Dalam keputusan Yasonna, pengurus PPP hasil Muktamar Bandung pimpinan Suryadharma Ali diberi "umur' selama enam bulan. Menurut Yasonna, dalam masa bhakti enam bulan ini, PPP diminta untuk segera membentuk kepengurusan baru melalui muktamar islah untuk mendamaikan dua kubu yakni Djan Faridz dan Romahurmuziy.
Yasonna berharap keputusan yang diambil dengan tak mengesahkan dua kubu yang berseteru dapat meredam konflik internal partal.
"Kepengurusan yang disahkan kembali dengan surat ini mempunyai kewenangan untuk membentuk panitia yang akan menyelenggarakan Muktamar atau Muktamar Luar Biasa sesuai dengan AD/ART PPP," katanya.
(sur)