Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 14 kepala keluarga asal Kalijodo mencabut permintaan penampungan di rusun yang ditawarkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pencabutan itu disinyalir terjadi karena mereka mendapat ancaman dan intimidasi dari preman sekitar.
Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi menjelaskan dengan pencabutan tersebut maka jumlah kepala keluarga yang mendaftar baru menyentuh angka 10 saja.
"Sampai kemarin itu sudah ada 24 tapi sekarang hanya tinggal 10 karena 14 lainnya mencabut pendaftaran," kata Rustam saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (18/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rustam menyebutkan preman yang melakukan intimidasi dan ancaman tersebut merupakan anak buah dari Abdul Azis alias Daeng Azis. Saat ini pun keberadaan Daeng Azis belum diketahui karena dia sulit untuk ditemui.
Ancaman dan intimidasi yang dilakukan oleh preman, kata Rustam, berbentuk ajakan agar tak usah menerima pemberian rusun dari Pemprov DKI. Para preman itu meyakinkan bahwa jika warga tinggal di Kalijodo maka tidak akan terjadi apa-apa.
"Iya mereka diajak tak perlu pindah, dijanjikan keamanan," kata dia.
Namun begitu, Rustam memiliki keyakinan warga akan mulai mendaftarkan diri kembali pasca surat peringatan (SP) 1 dilayangkan pada mereka. Menurutnya dia SP1 tersebut seakan menjadi tanda bahwa Pemprov DKI tak main-main.
Sebagai catatan, hari ini sekitar 50 anggota Satpol PP ditemani 20 anggota kepolisian dan 10 anggota TNI menyerahkan SP1 ke warga yang tinggal di Kalijodo. SP1 tersebut baru awal dari rentetan SP yang mungkin diberikan seandainya SP1 itu tak digubris oleh warga.
SP1 yang dilayangkan Pemprov DKI ke warga Kalijodo berimbas pada keberadaan warga di sana. Para wanita penghibur yang berada di kawasan Kalijodo, Jalan Kepanduan II, Kelurahan Pejagalan, Jakarta Utara, dilaporkan telah kembali ke kampung halamannya masing-masing sejak Selasa (16/2) lalu.
Badriah (65), salah satu penjaga warung di Kalijodo, mengungkapkan bahwa para wanita penghibur tersebut telah berangsur pulang sejak kabar penggusuran kawasan tersebut berhembus beberapa hari terakhir. Eksodus mereka memuncak pada 2-3 hari lalu.
"Sekarang sepi di kontrakan. Semua udah pada pergi rombongan ke kampungnya. Udah ga ada lagi mereka (wanita penghibur) di sini," kata Badriah kepada CNNIndonesia.com di Kalijodo, Jakarta Utara, Kamis (18/2).
Rata-rata para wanita penghibur yang biasa bekerja di Kalijodo disebut berasal dari Lampung dan Jawa Barat. Badriah berkata, mereka sudah tidak lagi bekerja di kafe-kafe yang berada di Kalijodo karena sepinya pengunjung beberapa hari terakhir.
(bag)