Jakarta, CNN Indonesia -- Dugaan faktor cuaca buruk dalam jatuhnya helikopter TNI Angkatan Darat di Poso Pesisir Selatan, Sulawesi Tengah, kemarin, diperkuat oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
“Danrem (Tadulako) dan rombongan 13 orang berangkat ke Poso pukul 17.15 WITA. Terbang sekitar 20 menit, lalu karena cuaca hujan lebat dan angin kencang, heli jatuh,” kata Gatot di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (21/3), saat hendak menyambangi keluarga korban musibah heli itu.
Tiga belas penumpang helikopter tersebut tewas, termasuk Komandan Resort Militer (Danrem) 132 Tadulako Kolonel Infantri Syaiful Anwar.
Menurut Gatot, helikopter jenis Bell 412 EP itu semula berangkat dari ibu kota Sulawesi Tengah, Palu, ke Napu di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Para perwira yang menumpang heli tersebut hendak menghadiri pertemuan di Napu yang dihadiri Danrem 132 Tadulako.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari Napu usai pertemuan, sore hari diputuskan untuk berangkat ke Kota Poso guna bermalam di sana. Dalam perjalanan dari Napu ke Kota Poso itulah, kata Gatot, helikopter jatuh karena diterjang cuaca buruk.
Gatot selaku Panglima TNI, juga mewakili Presiden Jokowi, menyampaikan belasungkawa atas musibah yang merenggut para prajuritnya.
Faktor cuaca buruk sebagai penyebab kecelakaan sebelumnya juga disampaikan Kapolres Poso AKBP Ronny Suseno, Kepala Penerangan Komando Daerah Militer VII/Wirabuana Kolonel I Made Sutia, dan Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Tatang Sulaiman.
“Dari kesaksian warga bernama Aco, ia melihat petir menyambar helikopter. Helikopter kemudian jatuh dan terbakar,” kata Kapolres Poso Ronny Suseno.
Tiga belas prajurit TNI yang menumpangi helikopter itu sedang dalam tugas rutin di Poso terkait Operasi Tinombala bersama Polri. Operasi Tinombala dimulai awal tahun ini, 10 Januari, dan menargetkan menangkap teroris Santoso dalam 60 hari.
(antara/agk)