Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi Pertahanan DPR Saifullah Tamliha meminta, polisi bekerja cepat menangkap gembong teroris, Abu Wardah alias Santoso di Poso, Sulawesi Tengah. Hal itu mengantisipasi munculnya anggapan Indonesia tidak mampu menangani terorisme.
"Jangan sampai muncul anggapan Indonesia tak menyelesaikan terorisme atau bisa juga nanti orang beranggapan terorisme dijadikan semacam proyek. Itu kan hanya berada di radius 2500 hektare kawasan gunung itu," ujar Tamliha di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (28/3).
Santoso saat ini masih bersembunyi di Pegunungan Biru, Poso, Sulawesi Tengah. Pria yang diduga bertanggung jawab atas serangkaian serangan teroris selama satu dekade terakhir itu sempat diburu melalui operasi Camar Maleo yang digelar sepanjang 2015. Namun, polisi gagal menangkapnya.
Kini, Santoso kembali diburu lewat operasi bersandi Tinombala. Satgas Tinombala terdiri atas pasukan Polri dan Tentara Nasional Indonesia. Hingga saat ini, mereka masih belum menemukan Santoso yang juga berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan sampai ada kesan kelompok Santoso dipelihara," kata Politikus Partai Persatuan Pembangunan ini.
Senada, Anggota Komisi Pertahanan DPR RI Ahmad Muzani berpendapat polisi terlambat menangani jaringan teroris Santoso. Menurutnya, problem yang ada saat ini akibat pembiaran sejak dulu.
Santoso saat ini masuk daftar Specially Designated Global Terrorists (SDGT) Amerika Serikat. Semua orang yang masuk dalam SDGT akan dibekukan asetnya di AS. Selain itu, AS melarang warganya untuk berhubungan dengan orang-orang dalam daftar ini serta memberikan mandat bagi aparat untuk melakukan tindakan hukum.
"Ada pembiaran cukup lama padahal potensi bahayanya di depan mata. Akibatnya, kelompok ini berkonsolidasi dan sekarang (polisi) kerepotan menangani kelompok ini," ujar Muzani.
Soal mulai berkurangnya logistik jaringan Santoso, Ketua Fraksi Gerindra ini menyarankan agar polisi tidak terlalu optimis. "Mereka mempunyai seribu akal untuk bertahan karena medan yang mereka yang hadapi. Mereka bisa banyak menyesuaikan lebih pada kekuatan yang mau menumpas," ujarnya.
(yul)