Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan tiba di Skouw, perbatasan Indonesia-Papua Nugini yang terletak di Jayapura, Papua, pagi tadi. Turut serta dalam rombongan Luhut ialah Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso.
Kunjungan Luhut ke perbatasan RI-Papua Nugini ini untuk meletakkan batu pertama pembangunan Pos Lintas Batas Negara serta melihat langsung situasi terkini di Skouw.
Selain Sutiyoso, tampak pula Gubernur Papua Lukas Enembe, Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal, dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Rombongan Luhut langsung dijemput oleh Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw dan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Hinsa Siburian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rombongan Luhut disambut oleh pelajar SD. Mereka menyanyikan lagu selamat datang tak jauh dari perbatasan. Selanjutnya Luhut, Tjahjo, dan Sutiyoso dikalungi noken, yakni tas tradisional Papua yang terbuat dari serat kayu, di pintu perbatasan RI-Papua Nugini.
Luhut kemudian menerima penjelasan dari Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan 411/Raider mengenai situasi di perbatasan itu. (Simak Fokus:
Misi Luhut ke Papua Nugini dan Fiji)
"Kami lakukan bakti sosial di sekitar perbatasan, selain tugas kami menjaga kedaulatan negara. Kami juga kerja sama dengan BNN Papua untuk mencegah dan memberantas narkoba. Tidak ada pergeseran patok batas negara," kata Dansatgas Pamtas RI-PNG 411/Raider Letkol Inf Nandang Dimyati.
Selama enam bulan terakhir, tercatat 665.380 warga Papua Nugini masuk melalui perbatasan Wutung. Mayoritas untuk berbelanja di pasar perbatasan yang dibuka tiga kali seminggu yakni Selasa, Kamis, dan Sabtu.
Soal gangguan keamanan, Letkol Nandang menyatakan kondisi di perbatasan itu relatif aman. Terakhir kali gangguan keamanan terjadi 9 September 2015 lalu, saat dua orang warga Indonesia disandera oleh kelompok sipil bersenjata dan dibawa menyeberang ke Papua Nugini.
Luhut saat ini tengah melakukan rangkaian lawatan ke Papua, Papua Nugini, dan terakhir Fiji. Lawatan ini dalam rangka menegaskan sikap final Indonesia atas Papua, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di kawasan Pasifik Selatan yang selama ini menjadi basis kampanye Gerakan Pembebasan Papua.
(antara/agk)