Jakarta, CNN Indonesia -- Warga di dataran Lore yang biasa disebut wilayah Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, mengaku merasa tenang dan tenteram setelah ribuan personel Polri dan TNI hadir dalam Operasi Tinombala yang sedang memburu kelompok teroris sejak sebulan terakhir.
Camat Lore Peore, M. Weku mengatakan kalau ada yang mengatakan suasana di Napu mencekam tidak benar. “Suasana batin dan psikologis masyarakat justru lebih tenteram dan tenang saat ini setelah personel Polri dan TNI hadir di kawasan ini,” kata Weku, seperti diberitakan Antara, Rabu (30/3).
Masyarakat Napu, kata Napu memang sempat resah karena sering melihat orang-orang mencurigakan berkeliaran di hutan dan kebun-kebun warga. Namun, kini mereka bisa sedikit bernapas lega setelah para personel Operasi Tinombala dikerahkan dalam jumlah besar pada awal Maret 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa tanda keberadaan personel Operasi Tinombala adalah dibangunnya pos-pos pengamanan dengan jumlah personel Polri dan TNI yang cukup banyak. Ini kata Weku menjadikan warga merasa lebih terjamin keamanan dalam beraktivitas.
Weku mengaku warga belum berani mendatangi kebun lantaran adanya larangan. Ini terutama kebun-kebun yang berada di pinggiran hutan. Namun, kalau kebun-kebun yang didekat kampung masih tetap dikerjakan seperti biasa.
Camat Lore Utara Y. Tokare mengatakan yang dilarang memasuki hutan adalah bila warga mencari rotan dan damar. Bila hanya ingin berkebun biasa, katanya aparat siap mengawal. “Tinggal melapor saja ke petugas yang ada di desa dan mereka pasti bersedia mengawal warga," ujar Y. Tokare.
Selama Operasi Tinombala difokuskan ke Napu dalam sebulan terakhir, kata Tokare, kerja sama antara personel polisi dan TNI dengan pemerintah desa, kecamatan dan masyarakat Napu (Lore) berjalan sangat erat dan saling mendukung.
"Warga di seluruh Napu ini sangat senang dan mendukung kehadiran personel Operasi Tinombala. Apa saja kebutuhan tim operasi yang bisa dipenuhi oleh pemerintah desa, kecamatan dan warga pada umumnya, selalu disediakan," kata Jeri Gembu, Camat Lore Timur.
Salah satu dukungan warga adalah memberikan informasi secepatnya kepada aparat keamanan bila melihat atau menemukan orang-orang atau hal mencurigakan. Warga juga memberi dukungan memberi tempat menginap kepada aparat yang membutuhkan. “Termasuk bahan makanan dan kebutuhan pokok lain sepanjang dapat dipenuhi oleh warga,” ujar Jeri.
Otoritas Operasi Tinombala membenarkan bahwa kelompok Santoso yang diperkirakan masih memiliki pengikut antara 20 smapai 30 orang saat ini semakin terdesak dari kawasan Gunung Biru, Kecamatan Poso Pesisir ke Dataran Napu, Kabupaten Poso sejak sekitar sebulan terakhir.
Selama Operasi Tinombala yang digelar sejak 9 Januari 2016, sudah delapan orang anggota Muhajidin Indonesia Timur itu yang tewas dan dua tertangkap hidup.
Kelompok itu juga dikhabarkan mulai kelaparan dan kehabisan logistik makanan dan persenjataan serta mulai terpecah karena berseberangan pendapat, sehingga ada anggota teroris itu yang mencoba memisahkan diri dari kelompoknya.
"Hambatan utama yang kami hadapi untuk segera meringkus Santoso dan pengikutnya adalah medan yang cukup berat," kata Kapolda Sulteng Brigjen Pol. Rudy Sufajriadi.
Rudy yang menjabat Kapolres Poso 2005-2007 itu menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh masyarakat Napu dan Kabupaten Poso pada umumnya yang telah memberikan dukungan kepada Polri dan TNI untuk melaksanakan Operasi Tinombala di daerah itu.
(antara)