Polri Sebut Kelompok Santoso Kelaparan, Satu Orang Ditangkap

Rinaldy Sofwan Fakhrana | CNN Indonesia
Kamis, 24 Mar 2016 14:01 WIB
Operasi Tinombala yang digelar polisi dan tentara di Poso, Sulawesi Tengah, terus berupaya mengejar dan memutus jaringan logistik kelompok Santoso.
Sejumlah tentara bersiap menyisir kelompok Santoso di Watutau, Lore Peore, Poso, Sulawesi Tengah. (ANTARA/Fiqman Sunandar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia menyebut kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso alias Abu Wardah yang bersarang di Pegunungan Biru, Poso, Sulawesi Tengah, mulai kekurangan logistik dan kelaparan.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Agus Rianto mengatakan salah seorang anggota kelompok teror yang diduga bertanggung jawab atas serangkaian aksi teror dalam satu dekade terakhir itu ditangkap Senin pekan ini karena kekurangan logistik.

Teroris yang ditangkap itu berinisial MAQ alias S. Dia ditangkap hari Senin sekitar pukul 08.30 WITA di Desa Wuasa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada memang kita menangkap itu (teroris). Ditangkap pagi. Yang bersangkutan meninggalkan kelompoknya dini hari dalam kondisi kurang logistik," kata Agus di kantornya, Kamis (24/3).

Satuan Tugas Operasi Tinombala, ujar Agus, terus melakukan upaya pengejaran dan pemutusan jaringan logistik kelompok Santoso.  

"Beberapa waktu lalu kan kami juga menangkap kurir mereka yang membawa sembako. Selain itu kami melakukan penjagaan, patroli, yang mungkin jadi jalur pengangkutan pergeseran logistik. Dengan demikian tentunya mereka tidak bisa leluasa," tutur Agus.

Menurut Agus, bantuan logistik yang sebelumnya kerap datang dari masyarakat sekitar Poso untuk kelompok Santoso, sudah tidak menjadi masalah. Saat ini telah banyak warga Poso yang menyadari siapa sebenarnya Santoso.
Pemerintah Daerah dan Polri, kata Agus, gencar melakukan penyuluhan deradikalisasi untuk menyadarkan masyarakat.

"Kami jelaskan fakta. Bisa ditunjukkan mereka (teroris) sering melakukan provokasi, teror, melukai bahkan membunuh. Masyarakat yang selama ini tidak tahu, harus diberikan informasi yang benar," kata Agus.

Selain memutus rantai logistik, ujar Agus, polisi juga terus memantau aliran dana teror yang salah satunya berasal dari Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS di Timur Tengah.

"Bagaimana keadaannya sekarang (apakah masih berlangsung) saya tidak tahu pasti, tapi seluruh aliran dana, komunikasi dan informasi, kami terus upayakan untuk diputus," ujar Agus.

Untuk memutus aliran dana itu, Polri bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Sebagian besar data aliran dana terorisme yang diperoleh Polri, kata Agus, berasal dari sana.

"Bentuknya macam-macam, ada lewat transfer atau kurir. Tapi kalau uang itu tidak bisa dibelanjakan, untuk apa?" ujarnya.
Sumber CNNIndonesia.com di PPATK mengatakan telah membekukan rekening yang digunakan kelompok teror tersebut. Hal itu dilakukan berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 1267.

Agus mengatakan soal pembekuan rekening adalah kewenangan PPATK. Oleh karena itu Polri tidak bisa memastikan hal tersebut.  

Yang jelas, kata dia, kelompok Santoso kini sudah mulai terdesak. Oleh sebab ituPolri mengimbau Santoso dan para pengikutnya untuk menyerahkan diri.  

"Kalau tidak menyerahkan diri, kami akan terus mengupayakan pengejaran dan penangkapan. Kami harap yang bersangkutan menyerahkan diri dan menjalani proses hukum yang berlaku," kata Agus.
(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER